Hakikat Tawassul | Penjelasan Mengenai Washilah "Tawwasul" dalam pandangan Ahli Sunnah Wal Jama'ah

Al Alamul Iman : Hakikat Tawassul | Penjelasan Mengenai Washilah "Tawwasul" dalam pandangan Ahli Sunnah Wal Jama'ah

Tidak ada satu dalilpun yang menunjukan bahwa tawassul dengan para nabi dan para wali Allah baik saat tidak hadirnya mereka maupun setelah mereka meninggal tidak diperbolehkan dengan alasan bahwa hal itu merupakan bentuk ibadah kepada selain Allah. Seseorang yang bertawassul dengan para nabi atau para wali, memanggil nama mereka, mencari berkah mereka dan meminta tolong pada mereka akan hal-hal yang wajar yang dapat dipenuhi oleh manusia lainnya tidak berarti bahwa ia beribadah pada selain Allah, dan hal itu bukanlah perbuatan syirik. Karena definisi ibadah menurut ahli bahasa tidak berlaku bagi masalah-masalah di atas, sebab ibadah secara definitif ialah ketaatan tertinggi yang disertai dengan ketundukan.

Al Azhari, salah seorang pakar bahasa terkemuka mengutip perkataan al Farra’ yang merupakan ahli bahasa paling mashur mengatakan: “Ibadah dalam bahasa Arab ialah ketaatan yang disertai dengan ketundukan. (lihat Lisan al ‘Arab, pada huruf ‘ain, ba’, dal). Sebagian ahli bahasa lainnya mengatakan: “Ibadah ialah puncak tertinggi kekhusu’an dan ketundukan”. Sebagian lainnya mengatakan: “Ibadah ialah puncak kehinaan”.

Pendapat-pendapat inilah yang benar secara bahasa dan kebiasaan. Merendahkan diri saja --tidak sampai puncaknya-- bukan merupakan ibadah kepada selain Allah, karena bila demikian maka mereka yang merendahkan diri di hadapan para raja dan pembesar telah menjadi kafir. Padahal telah sahih adanya sebuah hadis yang menyatakan bahwa Mu’adz Ibn Jabal ketika datang dari negeri Syam, ia bersujud di hadapan Rasulullah. Rasulullah lalu bersabda: “Apa yang engkau lakukan ini!”. Mu’adz menjawab: “Wahai Rasulullah, saya melihat penduduk Syam bersujud pada para betrik dan uskup mereka, padahal engkau jauh lebih mulia daripada mereka”. Rasulullah bersabda: “Jangan kamu lakukan ini, bila aku hendak memerintahkan seorang manusia bersujud kepada manusia lainnya, maka akan aku perintahkan seorang wanita untuk sujud bagi suaminya”. (H.R. Ibn Hibban, Ibn Majah dan lainnya)

Pengertian Tawassul
Tawassul dalam pengertian syara’ adalah:

طَلَبُ حُصُوْلِ مَنْفَعَةٍ أَوْ انْدِفَاعِ مَضَرَّةٍ مِنَ اللهِ بِذِكْرِ اسْمِ نَبِيٍّ أَوْ وَلِيٍّ إِكْرَامًا لِلْمُتَوَسَّلِ بِهِ
“Memohon datangnya manfa’at (kebaikan) atau dihindarkan dari mara bahaya (keburukan) dari Allah, dengan menyebut nama seorang nabi atau wali untuk memuliakan (ikram) mereka”. 

Sebagian kalangan memiliki persepsi yang salah bahwa tawassul adalah memohon diciptakan manfaat dan dijauhkan dari mudlarat kepada seorang nabi atau wali dengan keyakinan bahwa yang mendatangkan bahaya dan manfa’at secara hakiki adalah seorang nabi atau wali tersebut, padahal yang dapat mendatangkan manfaat dan madlarat hanyalah Allah semata. Persepsi yang keliru tentang tawassul ini kemudian membuat kelompok anti tawassul menghakimi orang yang bertawassul sebagai kafir musyrik. Padahal hakekat tawassul sesungguhnya adalah memohon datangnya manfa’at (kebaikan) atau dihindarkan dari mara bahaya (keburukan) dari Allah dengan jalan menyebut nama seorang nabi atau wali untuk memuliakan mereka

Allah ta’ala telah menetapkan bahwa biasanya urusan-urusan di dunia ini berdasarkan hukum kausalitas; sebab akibat. Sebagai contoh; Allah ta’ala sesungguhnya maha kuasa untuk memberikan pahala kepada manusia tanpa beramal sekalipun namun kenyataannya tidak demikian. Allah memerintahkan manusia untuk beramal dan mencari hal-hal yang mendekatkan diri kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman yang maknanya:
“Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’". (Q.S. al Baqarah: 45)
Allah juga berfirman yang maknanya: “Dan carilah hal-hal yang (bisa) mendekatkan diri kalian kepada Allah” (Q.S. al Mai-dah: 35)

Ayat di atas memerintahkan untuk mencari segala hal yang bisa mendekatkan diri kepada Allah. Artinya, carilah sebab-sebab tersebut, kerjakanlah sebab-sebab itu maka Allah akan mewujudkan akibatnya. Allah akan memenuhi permohonan-permohonan dengan sebab-sebab tersebut, padahal Ia maha kuasa untuk mewujudkan akibat-akibat tanpa sebab-sebab tersebut. Dan Allah ta’ala telah menjadikan tawassul dengan para nabi dan wali sebagai salah satu sebab dipenuhinya permohonan hamba. Oleh karenanya kita bertawassul dengan para nabi dan wali dengan harapan agar permohonan kita dikabulkan oleh Allah

Tawassul adalah sabab syar’i yang menyebabkan dikabulkannya permohonan seorang hamba. Tawassul dengan para nabi dan wali diperbolehkan baik di saat mereka masih hidup atau sudah meninggal. Karena seorang mukmin ketika bertawassul ia tetap meyakini bahwa tidak ada yang menciptakan manfaat dan mendatangkan bahaya secara hakiki kecuali Allah. Para nabi dan para wali tidak lain hanyalah “sebab” dikabulkannya suatu permohonan dikarenakan kemuliaan dan ketinggian derajat mereka. Ketika seorang nabi atau wali masih hidup, Allah yang mengabulkan permohonan hamba, demikian pula setelah mereka meninggal Allah juga yang mengabulkan permohonan hamba, bukan nabi atau wali itu sendiri. 

Sebagaimana orang yang sakit pergi ke dokter dan meminum obat agar diberikan kesembuhan oleh Allah, ia tetap meyakini bahwa yang menciptakan kesembuhan adalah Allah sedangkan obat hanyalah sebab. Jika obat dalam contoh ini adalah sabab ‘aadi (sebab fisik), maka tawassul adalah sabab syar’i. Seandainya tawassul bukan sabab syar’i, maka Rasulullah tidak akan mengajarkan seorang sahabatnya yang buta yang datang kepadanya agar bertawassul dengannya. 

Landasan Tawassul
Di antara dalil dibolehkannya tawassul adalah hadis shahih yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam mengajarkan kepada seorang buta untuk berdoa dengan mengucapkan:

اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّك مُحَمَّدٍ نَبِيِّ الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّيْ أَتَوَجَّهُ بِكَ إِلَى رَبِّيْ فِيْ حَاجَتِيْ لِتُقْضَى لِيْ
“Ya Allah aku memohon dan memanjatkan do'a kepada-Mu dengan Nabi kami Muhammad; Nabi pembawa rahmat. Wahai Muhammad, sesungguhnya aku memohon kepada Allah dengan engkau terkait dengan hajatku agar dikabulkan”.

Orang tersebut melaksanakan petunjuk Rasulullah ini. Orang ini adalah seorang buta yang ingin sembuh dari kebutaannya. Setelah berdoa sesuai apa yang diajarkan oleh Rasulullah padanya, akhirnya ia diberikan kesembuhan oleh Allah di belakang Rasulullah (tidak di majelis Rasulullah) dan kembali ke majelis Rasulullah dalam keadaan sembuh dan bisa melihat. Seorang sahabat yang lain -yang menyaksikan langsung peristiwa ini, karena pada saat itu ia berada di majelis Rasulullah- mengajarkan petunjuk ini kepada orang lain pada masa khalifah Utsman ibn 'Affan yang tengah mengajukan permohonan kepada khalifah Utsman. Pada saat itu Sayyidina Utsman sedang sibuk dan tidak sempat memperhatikan orang ini. Maka orang ini melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang buta pada masa Rasulullah tersebut. Setelah itu ia mendatangi Utsman ibn 'Affan dan akhirnya ia disambut oleh khalifah 'Utsman dan dipenuhi permohonannya. 

Umat Islam senantiasa menyebutkan hadis ini dan mengamalkan isinya hingga sekarang. Para ahli hadis juga menuliskan hadis ini dalam karya-karya mereka seperti al Hafizh at Thabarani -beliau menyatakan dalam "al Mu'jam al Kabir" dan "al Mu'jam ash-Shaghir": “Hadis ini shahih”-, al Hafizh at-Turmudzi dari kalangan ahli hadis mutaqaddimin, juga al Hafizh an-Nawawi, al Hafizh Ibn al Jazari dan ulama muta-akhkhirin yang lain. 
Hadis ini adalah dalil diperbolehkannya bertawassul dengan Nabi pada saat beliau masih hidup, dan diperbolehkannya bertawassul meski tidak di depan beliau. Hadis ini juga menunjukkan bolehnya bertawassul dengan Nabi setelah beliau wafat seperti diajarkan oleh perawi hadis tersebut, yaitu sahabat Utsman ibn Hunayf kepada tamu sayyidina Utsman, karena memang hadis ini tidak hanya berlaku pada masa Nabi hidup tetapi berlaku selamanya dan tidak ada yang me-nasakh-nya. 

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Sunannya dari Abu Sa'id al Khudri, ia berkata, Rasulullah bersabda:

من خرج من بيته إلى الصلاة فقال : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِحَقِّ السَّائِلِيْنَ عَلَيْكَ وَبِحَقِّ مَمْشَايَ هَذَا فَإِنِّي لَمْ أَخْرُجْ أَشَرًا وَلاَ بَطَرًا وَلاَ رِيآءً وَلاَ سُمْعَةً خَرَجْتُ اتِّقَاءَ سَخَطِكَ وَابْتِغَاءَ مَرْضَاتِكَ فَأَسْأَلُكَ أَنْ تَنْقُذَنِـي مِنَ النَّارِ وَأَنْ تَغْفِرَ لِي ذُنُوبِي إِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إِلاَّ أَنْتَ ، أَقْبَلَ اللهُ عَلَيْهِ بِوَجْهِهِ وَاسْتَغْفَرَ لَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفِ مَلَكٍ" (رواه أحمد في المسند والطبراني في الدعاء وابن السني في عمل اليوم والليلة والبيهقي في الدعوات الكبير وغيرهم وحسن إسناده الحافظ ابن حجر والحافظ أبو الحسن المقدسي والحافظ العراقي والحافظ الدمياطي وغيرهم). ومعنى "أقبل الله عليه بوجهه" ليس على ظاهره بل هو مؤول بمعنى الرضا عنه .
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya untuk melakukan shalat (di masjid) kemudian ia berdo'a: "Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan derajat orang-orang yang saleh yang berdo'a kepada-Mu (baik yang masih hidup atau yang sudah meninggal) dan dengan derajat langkah-langkahku ketika berjalan ini, sesungguhnya aku keluar rumah bukan untuk menunjukkan sikap angkuh dan sombong, juga bukan karena riya dan sum'ah, aku keluar rumah untuk menjauhi murka-Mu dan mencari ridla-Mu, maka aku memohon kepada-Mu: selamatkanlah aku dari api neraka dan ampunilah dosa-dosaku, sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau, maka Allah akan meridlainya dan tujuh puluh ribu malaikat memohonkan ampun untuknya”. 
(H.R. Ahmad dalam "al Musnad", ath-Thabarani dalam "ad-Du'a", Ibn as-Sunni dalam" 'Amal al Yaum wa al-laylah", al Bayhaqi dalam Kitab "ad-Da'awat al Kabir" dan selain mereka, sanad hadis ini dihasankan oleh al Hafizh Ibn Hajar, al Hafizh Abu al Hasan al Maqdisi, al Hafizh al 'Iraqi, al Hafizh ad-Dimyathi dan lain-lain). 

Dalam hadis ini juga terdapat dalil dibolehkannya bertawassul dengan para shalihin, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Hadis ini adalah salah satu dalil Ahlussunnah Wal Jama'ah untuk membantah golongan Wahhabi yang mengharamkan tawassul dan mengkafirkan pelakunya.

Catatan:
Di antara orang yang menyalahi Ahlussunnah dalam masalah ini adalah Yusuf al Qardlawi. Ia menyatakan bahwa bertabarruk dengan peninggalan orang-orang yang saleh termasuk syirik -wal 'iyadz billah- sebagaimana ia tuturkan dalam kitabnya yang bernama "al ‘Ibadah fi al Islam"
Kesesatan al Qardlawi yang lain adalah pernyataannya bahwa Rasulullah bisa saja salah dalam hal agama, seperti ia sampaikan lewat layar televisi al Jazirah, 12 september 1999. Al Qardlawi juga membolehkan bagi seorang perempuan yang masuk Islam untuk tetap menjadi istri suaminya yang kafir sebagaimana diangkat oleh Koran asy-Syarq al Awsath juga di situs-situs internet. Al Qardlawi juga melarang membaca al Fatihah untuk orang-orang Islam yang meninggal dunia, sebagaimana hal ini ia sampaikan lewat stasiun TV al Jazirah. 
Banyak para ulama yang secara tegas telah membantah al Qardlawi, di antaranya adalah Syekh Nabil al Azhari, Syekh Khalil Daryan al Azhari, Mantan Menteri Agama dan Urusan Wakaf Emirat Arab Syekh Muhammad ibn Ahmad al Khazraji, Rektor al Azhar University Dr. Ahmad Umar Hasim, Dr. Shuhaib asy-Syami (Amin Fatwa Halab, Syiria), al Muhaddits Syekh Abdul Hayy al Ghumari, Dr. Sayyid Irsyad Ahmad al Bukhari dan lain-lain. Di antara ulama Indonesia yang membantah al Qardlawi adalah Habib Syekh ibn Ahmad al Musawa. Oleh karenanya, setiap muslim hendaknya mewaspadai karya-karya al Qardlawi.

Dikutip dari : http://hidup-syahamah.blogspot.com

Privacy Policy for Yayasan Al Alamul Iman

Privacy Policy for Yayasan Al Alamul Iman

If you require any more information or have any questions about our privacy policy, please feel free to contact us by email at Privacy.
At http://alalamuliman.blogspot.com/ we consider the privacy of our visitors to be extremely important. This privacy policy document describes in detail the types of personal information is collected and recorded by http://alalamuliman.blogspot.com/ and how we use it.
Log Files
Like many other Web sites, http://alalamuliman.blogspot.com/ makes use of log files. These files merely logs visitors to the site - usually a standard procedure for hosting companies and a part of hosting services's analytics. The information inside the log files includes internet protocol (IP) addresses, browser type, Internet Service Provider (ISP), date/time stamp, referring/exit pages, and possibly the number of clicks. This information is used to analyze trends, administer the site, track user's movement around the site, and gather demographic information. IP addresses, and other such information are not linked to any information that is personally identifiable.
Cookies and Web Beacons
http://alalamuliman.blogspot.com/ uses cookies to store information about visitors' preferences, to record user-specific information on which pages the site visitor accesses or visits, and to personalize or customize our web page content based upon visitors' browser type or other information that the visitor sends via their browser.
DoubleClick DART Cookie
→ Google, as a third party vendor, uses cookies to serve ads on http://alalamuliman.blogspot.com/.
→ Google's use of the DART cookie enables it to serve ads to our site's visitors based upon their visit to http://alalamuliman.blogspot.com/ and other sites on the Internet.
→ Users may opt out of the use of the DART cookie by visiting the Google ad and content network privacy policy at the following URL - http://www.google.com/privacy_ads.html
Our Advertising Partners
Some of our advertising partners may use cookies and web beacons on our site. Our advertising partners include ....... 
  • Google
While each of these advertising partners has their own Privacy Policy for their site, an updated and hyperlinked resource is maintained here: Privacy Policies.
You may consult this listing to find the privacy policy for each of the advertising partners of http://alalamuliman.blogspot.com/.
These third-party ad servers or ad networks use technology in their respective advertisements and links that appear on http://alalamuliman.blogspot.com/ and which are sent directly to your browser. They automatically receive your IP address when this occurs. Other technologies (such as cookies, JavaScript, or Web Beacons) may also be used by our site's third-party ad networks to measure the effectiveness of their advertising campaigns and/or to personalize the advertising content that you see on the site.
http://alalamuliman.blogspot.com/ has no access to or control over these cookies that are used by third-party advertisers.
Third Party Privacy Policies
You should consult the respective privacy policies of these third-party ad servers for more detailed information on their practices as well as for instructions about how to opt-out of certain practices. http://alalamuliman.blogspot.com/'s privacy policy does not apply to, and we cannot control the activities of, such other advertisers or web sites. You may find a comprehensive listing of these privacy policies and their links here: Privacy Policy Links.
If you wish to disable cookies, you may do so through your individual browser options. More detailed information about cookie management with specific web browsers can be found at the browsers' respective websites. What Are Cookies?
Children's Information
We believe it is important to provide added protection for children online. We encourage parents and guardians to spend time online with their children to observe, participate in and/or monitor and guide their online activity. http://alalamuliman.blogspot.com/ does not knowingly collect any personally identifiable information from children under the age of 13. If a parent or guardian believes that http://alalamuliman.blogspot.com/ has in its database the personally-identifiable information of a child under the age of 13, please contact us immediately (using the contact in the first paragraph) and we will use our best efforts to promptly remove such information from our records.
Online Privacy Policy Only
This privacy policy applies only to our online activities and is valid for visitors to our website and regarding information shared and/or collected there. This policy does not apply to any information collected offline or via channels other than this website.
Consent
By using our website, you hereby consent to our privacy policy and agree to its terms.
Privacy Policy Online Approved Site
Update
This Privacy Policy was last updated on: Tuesday, December 24th, 2013.
Should we update, amend or make any changes to our privacy policy, those changes will be posted here.

Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 6 Akhir

Al Alamul Iman : Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 6 Akhir
Illustrasi : Google

Assalamu'alaikum wr, wb.
Puji Syukur terhadap Alloh Robbul'amin yang telah menjadikan Makhluk-Nya dan memberikan Ilmu dan Bimbingan-Nya bagi makhluk-Nya yang Ia kehendaki, semoga kita mendapat taufiq dan hidayah agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT serta kita mendapat Rahmat dan syafaat Rosululloh saw.
Mari kita mempelajari Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam dan bagaimana pertama tama Alloh SWt menciptakan Alam semsta beserta isinya ini, mudah mudahan kita mendapat taufik dan hidayah agar tetap beramal dan beribadah thd Alloh Ta'ala..aamiin.

 Dilihat dari kondisi yang sebenarnya di alam arwah, Thiflul Ma'ani adalah Al-Insan AI-Haqiqi karena dialah yang bisa merasakan nikmatnya musyahadah langsung pada Allah SWT. Sedangkan, badan dan Ruh Jismani-tidak bisa berhubungan langsung dengan Allah SWT-karena keduanya bukan mahram bagi Allah SWT. Ini berdasarkan hadis Nabi SAW,
"Aku punya waktu khusus dengan Allah; dimana malaikat terdekat, nabi yang diutus pun tidak akan memiliki kesempatan itu." 
(HR. Ibnu Rahawaih)

Yang dimaksud dengan "nabi yang diutus" pada hadis di atas
adalah basyariyah-nya Nabi SAW. Adapun yang dimaksud dengan "malaikat terdekat" adalah ruhaniah Nabi SAW yang diciptakan dari cahaya Alam Jabarut. Sebagaimana malaikat juga diciptakan dari cahaya Alam Jabarut, makanya malaikat tidak dapat masuk ke Alam Lahut. Nabi SAW bersabda,
"Allah memiliki surga yang di dalamnya tidak ada bidadari dan istana, tanpa madu dan susu. Kenikmatan di surga itu hanya satu, yaitu melihat Dzat Allah." 

Sebagaimana yang difirmankan Allah SWT,
'Wajah-wajah (orang-orang Mu'min) pada hari itu berseri­. Kepada Tuhannyalah mereka melihat.'" 
(QS. AI-Qiyamah [75]: 22-23)

Dan,juga dijelaskan dalam sabda N abi SAW,
"Kalian akan melihat Tuhan kalian, seperti kalian melihat bulan pada malam purnama." 
(HR. Al-Bukhari)
Andaikan malaikat dan jasmani memaksa masuk ke alam ini (Alam Lahut), maka keduanya pasti akan terbakar. Sebagaimana
Firman Allah dalam Hadis Qudsi,
"Seandainya dibuka kesucian wajah-Ku yang Mulia maka pastilah terbakar segala sesuatu sejauh 'mata-Ku' memandang." 
(HR. Muslim)
Sebagaimana juga yang diungkapkan Jibril AS., "Andaikan aku mendekat, pastilah aku terbakar."

Kitab ini (Sirrul Asrar wa Mazh-harul Anwar) terdiri dari 24 pasal. Ini sesuai jumlah huruf dalam kalimat "La ilaha illaIlili muhammadur rasulullah" dan sesuai jumlah jam dalam sehari yang ada 24 jam. SELESAI
Bagian 1
Bagian 2
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagi yang Mau Mengikuti Program (metode) Asnaf Shodaqoh klik disini
Wallohu'alam
Sumber : Ustadz Aang | Kitab Sirrur Asror ( Tuan Syekh Abdul Qodir Zailani ra)

Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 5

Al Alamul Iman : Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 5
Assalamu'alaikum wr, wb.
Illustrasi : Google
Puji Syukur terhadap Alloh Robbul'amin yang telah menjadikan Makhluk-Nya dan memberikan Ilmu dan Bimbingan-Nya bagi makhluk-Nya yang Ia kehendaki, semoga kita mendapat taufiq dan hidayah agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT serta kita mendapat Rahmat dan syafaat Rosululloh saw.
Mari kita mempelajari Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam dan bagaimana pertama tama Alloh SWt menciptakan Alam semsta beserta isinya ini, mudah mudahan kita mendapat taufik dan hidayah agar tetap beramal dan beribadah thd Alloh Ta'ala..aamiin.

 Adapun yang dimaksudkan dengan Alam Makrifat pada hakikatnya adalah Alam Lahut. Dia adalah Negeri Asal tempat diciptakannya Ruh Al-Qudsi dalam wujud terbaik. Sedangkan yang dimaksud Ruh Al-Qudsi ialah Al-Insan AI-Haqiqi yang tinggal di lubuk kalbu; dimana manifestasi dari wujudnya akan muncul dengan tobat, talqin dan melafadzkan dengan terus-menerus kalimat "La Ilaha Illallah." Pertama-tama diucapkan dengan lidah, setelah kalbunya hidup, ia dilafadzkan dengan lisan kalbunya. Ahli tasawuf menamakan Al-Insan AI-Haqiqi ini dengan sebutan Thiflul Ma'ani (bayi ma'nawi) karena ia berasal dari makna-makna yang suci (al­ma'nawiyyat al-qudsiyah).

Pemberian nama Ruh Al-Qudsi dengan Tihflul Ma'ani (thiflun bermakna bayi) ini didasarkan pada, 

  • pertama karena Tihflul Ma'ani lahir dari kalbu, seperti lahirnya bayi dari rahim ibu. Lantas kalbu pun merawat Thiflul Ma'ani ini seperti halnya ibu yang merawat bayinya-yang sedikit demi sedikit tumbuh menjadi dewasa. 
  • Kedua, karena sebagaimana anak-anak diajari berbagai hal, begitu juga Thiflul Ma'ani, ia diajari berbagai hal tentang makrifat. 
  • Ketiga, karena yang kita ketahui, bayi atau anak kecil adalah bersih dari dosa, maka begitu pula Thiflul Ma'ani, ia bersih dari syirik, ghaflah (lalai kepada Allah) dan dosa-dosa pikiran. 
  • Keempat, karena banyak yang beranggapan bahwa anak-anak adalah orang yang jiwanya bersih. Oleh sebab itu, dalam mimpi Thiflul Ma'ani ini disimbolkan dengan rupa anak yang tampan seperti malaikat. 
  • Kelima, karena Allah SWT menyifati ahli surga dengan anak-anak, sebagaimana firman Allah,

"Dan berkeliling di sekitar mereka anak-anak muda untuk (melayani) mereka, seakan-akan mereka itu mutiara yang ter­simpan." 
(QS. Ath-Thur [52]: 24)

  • Keenam, karena Thiflul Ma'ani itu sifatnya halus dan suci.
  • Ketujuh, penggunaan nama Thiflul Ma'ani yang bersifat majasi atau kiasan-karena dikaitkan dengan badan dan diumpamakan dengan rupa manusia (anak kecil)-ini adalah karena keindahannya bukan karena ia kecil secara fisik seperti halnya anak-anak.


Bagian 1
Bagi yang Mau Mengikuti Program (metode) Asnaf Shodaqoh klik disini
Wallohu'alam
Sumber : Ustadz Aang | Kitab Sirrur Asror ( Tuan Syekh Abdul Qodir Zailani ra)

Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 4

Al Alamul Iman : Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 4

Assalamu'alaikum wr, wb.
Illustrasi Kehidupan "Nenek & Cucu"
Puji Syukur terhadap Alloh Robbul'amin yang telah menjadikan Makhluk-Nya dan memberikan Ilmu dan Bimbingan-Nya bagi makhluk-Nya yang Ia kehendaki, semoga kita mendapat taufiq dan hidayah agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT serta kita mendapat Rahmat dan syafaat Rosululloh saw.
Mari kita mempelajari Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam dan bagaimana pertama tama Alloh SWt menciptakan Alam semsta beserta isinya ini, mudah mudahan kita mendapat taufik dan hidayah agar tetap beramal dan beribadah thd Alloh Ta'ala..aamiin.
 itu ada dua macam, yaitu Ma'rifat Shifat Allah dan Ma'rifat Dzat Allah. Makrifat sifat menjadi tugas setiap jasad di dunia dan akhirat.! Sedangkan, Makrifat Dzat menjadi tugas Ruh Al-Qudsi di akhirat saja. Sebagaimana firman Allah,
"Ku-perkuat manusia dengan ruh Al-Qudsi." 
(QS. Al-Baqarah [2]: 87)
Mak'ifat Shifat dan Ma'rifat Dzat hanya dapat dikuasai dengan
memadukan antara ilmu lahir dan ilmu batin. Rasulullah SAW bersabda,
"Ilmu itu ada dua macam. Pertama, ilmu lisan, sebagai hujjah Allah kepada hambanya. Kedua, ilmu batin yang bersumber di lubuk kalbu, ilmu inilah yang berguna untuk mencapai tujuan pokok dalam ibadah." 
(HR. Ad-Darimi)


Akhirat di kalangan ahli makrifat bukanlah penghujung waktu melainkan ujung ruang. Seseorang bisa saja badannya di bumi tapi ruh yang paling dalamnya bisa tembus ke akhirat. Atau, akhirat adalah Alam Lahut. (Penerjemah)


Pada mulanya, manusia membutuhkan ilmu syariat agar dengan usaha fisiknya-sesuai dengan kadar pengetahuannya terhadap Makrifat Sifat-ia mendapatkan derajat atau pahala. Pada tahap selanjutnya, manusia akan butuh ilmu batin sehingga dengan kemampuan Ruh AI-Qudsinya ia sampai pada Alam Makrifat. Adapun untuk mencapai tujuan ini, manusia harus meninggalkan segala sesuatu yang menyalahi syariat dan tar~kat. Ini akan dapat dicapai dengan melatih diri meninggalkan hawa nafsu dan berbagai kegiatan ruhaniyah-meskipun sangat berat-dengan tujuan mendapat ridha Allah tanpai riya' (ingin dipuji orang lain) dan sum'ah (mencari kemasyhuran). 
Allah SWT berfirman,
"Siapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya." 
(QS. AI-Kahf[18]: 110)

Bagian 1
Bagi yang Mau Mengikuti Program (metode) Asnaf Shodaqoh klik disini
Wallohu'alam
Sumber : Ustadz Aang | Kitab Sirrur Asror ( Tuan Syekh Abdul Qodir Zailani ra)

Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 3

Al Alamul Iman : Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 3


Illustrasi : Google
Assalamu'alaikum wr, wb.

Puji Syukur terhadap Alloh Robbul'amin yang telah menjadikan Makhluk-Nya dan memberikan Ilmu dan Bimbingan-Nya bagi makhluk-Nya yang Ia kehendaki, semoga kita mendapat taufiq dan hidayah agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT serta kita mendapat Rahmat dan syafaat Rosululloh saw.

Mari kita mempelajari Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam dan bagaimana pertama tama Alloh SWt menciptakan Alam semsta beserta isinya ini, mudah mudahan kita mendapat taufik dan hidayah agar tetap beramal dan beribadah thd Alloh Ta'ala..aamiin.

Nabi kalian selalu menunggu dan sangat khawatir memikirkan kalian. Sebagaimana sabda Nabi SAW,
“Aku mengkhawatirkan umatku yang hidup di akhir zaman."

Adapun ilmu yang diturunkan kepada kita, ada dua yaitu ilmu lahir, yakni syariat dan ilmu batin yakni makrifat. Syariat untuk jasad kita dan makrifat untuk batin kita. Keduanya harus dipadukan, yang dari perpaduannya membuahkan ilmu hakikat. Seperti perpaduan antara pohon dan dedaunan yang menghasilkan buah. Sebagaimana yang diisyaratkan dalam firman Allah SWT,
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing." 
(QS. Ar-Rahman [55]: 19-20)
Jika tidak dipadukan, maka dengan ilmu lahir saja, manusia tidak akan mencapai ilmu hakikat dan tidak akan sampai pada tujuan inti ibadah (wushul ilallah). Ibadah yang sempurna hanya

 diwujudkan dengan perpaduan ilmu lahir dan ilmu batin. Sebagaimana firman Allah SWT,
"Dan tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku." 
(QS. Dzariyat [51]: 56)
Adapun yang dimaksud "Agar beribadah kepada-Ku," adalah
makrifat (kenal) terhadap-Ku. Sebab, bagaimana orang bisa ber­ibadah kepada-Nya jika tidak mengenal-Nya? Tapi, makrifat dapat dicapai setelah tirai hawa nafsu yang menghalangi cermin kalbu dibuka yaitu dengan sering-sering membersihkannya. Setelah bersih, manusia akan melihat indahnya al-kanzu al-makhfiyu (Allah SWT) pada rasa terdalam di lubuk kalbu. Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi,
"Aku adalah Kanzan Makhfiyya (perbendaharaan yang terpendam dan tertutup). Aku ingin dikenali. Kuciptakan makhluk pun agar mereka mengenal-Ku."
Dari sini, dapat disimpulkan bahwa tujuan penciptaan manusia adalah agar manusia makrifat kepada Allah.

lihat sebelumnya;


Bagi yang Mau Mengikuti Program (metode) Asnaf Shodaqoh klik disini
Wallohu'alam
Sumber : Ustadz Aang | Kitab Sirrur Asror ( Tuan Syekh Abdul Qodir Zailani ra)

Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 2

Al Alamul Iman : Kejadian Alam Semesta | Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam Bagian 2

Assalamu'alaikum wr, wb.
Puji Syukur terhadap Alloh Robbul'amin yang telah menjadikan Makhluk-Nya dan memberikan Ilmu dan Bimbingan-Nya bagi makhluk-Nya yang Ia kehendaki, semoga kita mendapat taufiq dan hidayah agar kita selalu bertaqwa kepada Allah SWT serta kita mendapat Rahmat dan syafaat Rosululloh saw.

Mari kita mempelajari Asal muasal Kejadian Allah SWT menciptakan Seluruh Alam dan bagaimana pertama tama Alloh SWt menciptakan Alam semsta beserta isinya ini, mudah mudahan kita mendapat taufik dan hidayah agar tetap beramal dan beribadah thd Alloh Ta'ala..aamiin.
Maka kenabian dilimpahkan kepada Ruh Muhammad yang agung, penutup risalah dan penyelamat dari ketersesatan. Lalu, Allah SWT memberi tugas risalah pada Ruh Agung, Muhammad SAW. Allah SWT mengutus beliau untuk mengingatkan manusia-manusia yang lalai sehingga terbuka mata bashirah-nya dari lelap yang melalaikan. Maka, Nabi SAW pun mengajak mereka agar kembali dan bisa bertemu dengan Jamalullah yang azali. Sebagaimana firman-Nya,
"Katakanlah (Muhammad), 'Inilah jalanku, aku dan orang­orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan (bashirah) yakin,''' 
(QS. Yusuf [12]: 108)
Nabi SAW juga bersabda,
"Para sahabatku seperti bintang-bintang, mengikuti yang mana pun, kalian akan mendapat petunjuk." 
(HR. AI-Qurthubi)

 (Pada ayat tadi dijelaskan bahwa Nabi mengajak manusia kembali kepada Allah SWT dengan yakin, yang di dalam AI­Qur' an dibahasakan dengan bashirah) Bashirah adalah Inti Ruh yang terbuka bagi mata hati para aulia. Bashirah ini tidak akan terbuka bagi mereka yang hanya mendalami ilmu lahir saja. Untuk membukanya harus dengan ilmu Ladunni Batin (ilmu yang langsung dari Allah setelah melakukan mujahadah). Sesuai dengan firman Allah,
"Dan Kami telah ajarkan kepadanya satu ilmu (Ladunni) dari sisi Kami." 
(QS. AI-Kahf[18]: 65).
Oleh sebab itu, orang yang ingin membuka Inti Ruhnya harus berguru pada ahli-ahli bashirah dengan mengambil talqin dari seorang wali mursyid yang memberi petunjuk lang~ung dari Alam Lahut.
Wahai saudaraku! Perhatikanlah akan hal ini dan cepat-cepatlah memohon ampun pada Tuhan kalian dengan segera bertobat. Allah SWT berfirman,
"Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa," 
(QS. Ali 'Imran [3]: 133)
Dan, masuklah pada ath-thariq Galan kembali kepada Allah) dan kembalilah kepada Tuhan kalian bersama golongan ahli ruhani. Waktu sangat sempit, sedang jalan hampir tertutup. Dan, sungguh sulit mencari teman yang dapat mengajak kembali ke Negeri Asal (Alam Lahut). Kita berada di bumi yang hina dan akan hancur ini, tidak hanya untuk berpangku tangan lalu makan, minum dan memenuhi hawa nafsu belaka. Seorang ahli sya'ir berkata:
 "Sekarang bangkitlah dan mabukkan hati mu dengan anggur suci Kita duduk diam di tempat gelap ini (dunia) tak akan berarti apa-apa"
Bersambung bagian 3 >>>.....
Bagian 1
Bagian 3
Bagian 4
Bagian 5
Bagian 6 akhir

Bagi yang Mau Mengikuti Program (metode) Asnaf Shodaqoh klik disini
Wallohu'alam
Sumber : Ustadz Aang | Kitab Sirrur Asror ( Tuan Syekh Abdul Qodir Zailani ra)