AL ALAMUL IMAN | MEJELASKAN TENTANG SYARAT-SYARAT DZIKIR
Syarat dzikir adalah harus dalam keadaan wudhu yang sempurna; lalu dengan arah yang tepat dan suara yang kuat, hingga menghasilkan cahaya dzikir di dalam batin. Dengan cahaya-cahaya itu, kemudian hatinya akan menjadi hidup yakni kehidupan ukrawi yang abadi. Allah SWT berfirman,
"Mereka tidak akan merasakan mati di dalamnya, kecuali mati yang pertama." (QS. Ad-Dukhan [44]: 56)
Rasulullah SAW bersabda, "Orang-orang yang beriman dengan iman yang sempurna tidak akan mati, tetapi mereka hanya berpindah saja dari negeri fana, ke negeri kekal yaitu akhirat."
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
Artinya, setelah meninggal pun mereka tetap bermunajat kepada Allah SWT. Adapun maksud shalat di dalam kuburnya ini bukan shalat secara lahiriah dengan berdiri, rukuk dan sujud, tetapi maksudnya adalah munajat. Munajat ini dari pihak hamba sedangkan hadiahnya adalah makrifat dari sisi Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang ahli makrifat menjadi mahramnya Allah SWT karena munajat kalbunya yang telah hidup. Maka dari itu orang yang hatinya hidup tidak bisa disebut mati. Sebagaimana sabda Nabi SAW
Nabi SAW bersabda,
Allah SWT berfirman,
Beliau juga bersabda,
Hal itu karena, niat merupakan pondasi amal. Nabi SAW bersabda,
Allah SWT berfirman,
Oleh karena itu, yang wajib dicari oleh semua manusia di dunia ini adalah upaya menghidupkan kalbu sebelum mati yakni dengan mengambil talqin dari ahlinya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
Dunia ini adalah ladang akhirat. Orang yang tidak mau bercocok tanam, dia tidak akan menuai apapun. Adapun yang dimaksud dengan ladang tempat bercocok tanam (al-mazra'ah) itu adalah hamparan wujud anfusi yang afaqi (yakni hamparan ruhaniah).
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,
"Para nabi dan wali menjalankan shalat di kuburan mereka sebagaimana mereka shalat di rumah mereka." (HR. Abu Ya'la)
Artinya, setelah meninggal pun mereka tetap bermunajat kepada Allah SWT. Adapun maksud shalat di dalam kuburnya ini bukan shalat secara lahiriah dengan berdiri, rukuk dan sujud, tetapi maksudnya adalah munajat. Munajat ini dari pihak hamba sedangkan hadiahnya adalah makrifat dari sisi Allah SWT. Oleh karena itu, orang yang ahli makrifat menjadi mahramnya Allah SWT karena munajat kalbunya yang telah hidup. Maka dari itu orang yang hatinya hidup tidak bisa disebut mati. Sebagaimana sabda Nabi SAW
"Orang yang shalat pada hakikatnya sedang bermunajat kepada Tuhannva." (HR. Malik)
Sebagaimana hatinya yang tidak pernah tidur maka hatinya pun tidak mati. Nabi SAW bersabda,
Beliau juga bersabda, "Orang yang mati dalam keadaan mencari llmu, maka di dalam kuburnya Allah SWT akan ll!engutus dua malak yang mendidiknya dengan ilmu makrifat (sampai Hari Kiamat); dan dia akan bangun dari kuburnya menjadi seorang yang alim dan arif."
Adapun yang dimaksud dengan dua malak tadi ialah ruhaniah Nabi SAW dan ruhaniah wali rahimal1umullahu ta'ala karena malaikat tidak akan mampu masuk ke alam makrifat dan tidak akan mengetahuinya.
Sebagaimana hatinya yang tidak pernah tidur maka hatinya pun tidak mati. Nabi SAW bersabda,
"Kedua mataku tidur tapi hatiku tidak tidur." (HR. Al-Bukhari)
Beliau juga bersabda, "Orang yang mati dalam keadaan mencari llmu, maka di dalam kuburnya Allah SWT akan ll!engutus dua malak yang mendidiknya dengan ilmu makrifat (sampai Hari Kiamat); dan dia akan bangun dari kuburnya menjadi seorang yang alim dan arif."
Adapun yang dimaksud dengan dua malak tadi ialah ruhaniah Nabi SAW dan ruhaniah wali rahimal1umullahu ta'ala karena malaikat tidak akan mampu masuk ke alam makrifat dan tidak akan mengetahuinya.
''Betapa banyak orang yang mati dalam keadaan bodoh, tetapi bangun dari kubumya menjadi seorang yang alim dan arif Sebaliknya, betapa banyak orang yang mati dalam keadaan alim, tetapi pada Hari Kiamat bangun dalam keadaan bodoh dan muflis (bangkrut)."
"Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu dan kamu telah bersenang-senang dengannya, maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan." (QS. AI-Ahqaf[46]: 20)
Nabi SAW bersabda,
"Sesungguhnya, diterima tidaknya amal manusia itu tergantung pada niatnya." (HR. Al-Bukhari)
Beliau juga bersabda,
"Niat orang mukmin itq 'ebih baik dari amalnya dan niat orang fasik itu lebih buruk dari amalnya." (HR. AI-Baihaqi)
Hal itu karena, niat merupakan pondasi amal. Nabi SAW bersabda,
"Kebenaran yang dibangun atas kebenaran adalah benar. Kerusakan yang dibangun atas kerusakan adalah ruslIk. "
Allah SWT berfirman,
"Siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya. Dan, siapa menghendaki keuntungan di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat." (QS. Asy-Syura [42]: 20)
"Siapa yang mencari dunia dengan amalan akhirat maka dia di akhirat tidak mendapat bagian apa-apa. "