Tentang Turunnya Manusia ke Alam yang Paling Bawah

Al Alamul Iman : Tentang Turunnya Manusia ke Alam yang Paling Bawah
Bagian 1
Illustrasi






Ketika Allah SWT menciptakan Ruh AI-Qudsi-dalam wujud yang terbaik di Alam Lahut-Ialu, Dia menurunkannya ke alam terendah, itu tidak lain adalah untuk menyempurnakan unsiyah dan qurbiyah-nya kepada Allah SWT. Sebqgaimana firman-Nya,

"Di tempat yang disenangi di sisi Tuhan Yang Mahakuasa." (QS. AI Qamar [54]: 55)

Jika unsiyah dan qurbiyah telah sempurna maka itulah maqam para wali dan para nabi. Proses penurunan Ruh Al-Qudsi ke alam terendah adalah; pertama-tama Allah SWT menurunkan Ruh Al-Qudsi atau Al-Insan AI-Haqiqi ke Alam Jabarut dan '
membekalinya dengan bibit tauhid. Di Alam Jabarut itu pula Allah SWT menanamkan cahaya dari bibit tauhid pada Ruh AI­Qudsi. Di alam itu (Alam Jabarut) Ruh Al-Qudsi lalu diberi pakaian 'ushuriyah (dibalut dengan unsur Alam Jabarut). Begitu pula proses di Alam Malakut, setelah pindah dari Alam Jabarut. Dan, begitu pun selanjutnya, ketika Ruh Al-Qudsi turun lagi-dari Alam Malakut-ke Alam Mulki, Allah SWT menciptakan terlebih dahulu pakaian 'unshuriyah agar jasad tidak terbakar oleh kekuatan ruh yang terdalam. Sesuai dengan pakaian 'unshuriyah-nya, Ruh AI­Qudsi ini lantas memiliki nama masing-masing, pertama, setelah diberi pakaian 'unshuriyah di Alam Jabarut, Ruh Al-Qudsi bernama Ruh Sulthani. Kedua, setelah diberi pakaian 'unshuriyah di Alam Malakut, Ruh Al-Qudsi bernama Ruh Sirani Rawani. Ketiga, setelah diberi pakaian 'unshuriyah di Alam Mulki, Ruh Al-Qudsi bernama Ruh Jismani.



Tujuan utama diturunkannya Ruh Al-Qudsi ke alam terendah yakni menjadi manusia adalah agar dengan kalbu dan jasadnya, manusia mencapai derajat (surga) dan al-qurbah. Makanya, Allah SWT menanamkan bibit tauhid di ladang kalbu (saat di Alam Jabarut) agar nantinya (dengan amalannya) tumbuh menjadi pohon tauhid sehingga akarnya kokoh di alam rasa, dan dari pohonnya menghasilkan buah tauhid untuk menggapai ridha Allah SWT. Seperti ungkapan syair,

Kami adalah ranting pohon tinggi yang penuh dengan buah tauhid
Tak pemah gentar walau setiap pejalan ingin melempar batu
Allah SWT juga menanamkan benih syariat di dalam jasad agar nantinya (dengan amalannya) tumbuh menjadi pohon syariat dan menghasilkan buah derajat (pahala di surga).


Setelah proses penurunan Ruh Al-Qudsi ke tempat terendah ini sampai di Alam Mulki. Lalu, Allah SWT memerintahkan setiap lapisan ruh (Ruh Al-Qudsi, Ruh Sulthani, Ruh Sirani Rawani dan RuhJ ismani) untuk masuk ke dalam jasad. Masing-masing memiliki tempat tersendiri dalam tubuh manusia. Tempatnya Ruh Jismani adalah di dalam jasad antara daging dan darah. Tempat Ruh Rawani adalah di hati (al-qalb). Tempatnya Ruh Sulthani adalah di mata hati (al-fu'ad). Dan, tempatnya Ruh Al-Qudsi adalah rasa (sirri). Setiap lapisan ruh itu, mempunyai hanut atau ruang edar di Alam Wujud. Masing-masing memiliki potensi, hasil dan manfaat yang tidak akan sia-sia, lahir maupun batin.


Oleh karena itu, manusia wajib mengetahui bagaimana cara mengolah masing-masing lapisan ruh itu di alam wujudnya. Sebab, apapun yang dihasilkan dari pengolahan atau penggalian potensi tiap lapisan ruh itu, akan diminta pertanggungjawabannya di Hari Kiamat. Sebagaimana firman Allah SWT,

"Maka apakah dia tidak mengetahui apabila dibangkitkan apa yang ada di dalam kubur, dan dilahirkan apa yang ada di dalam dada," (QS. 'Aadiyat [100]: 9-10)

Dalam ayat lain Allah SWT juga berfirman,

      "Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal per­buatannya (sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan, Kami keluarkan baginya pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka." (QS. Al-Isra' [17]: 13)[]

Al Alamul Iman : Menjelaskan tentang Kembalinya Manusia ke Negeri Asal : Bagian 2

Al Alamul Iman : Menjelaskan tentang Kembalinya Manusia ke Negeri Asal :
Bagian 2

Berpikir tentang makrifat Allah ini disebut dengan Ilmu AI-'Irfan yakni di Alam Tauhid. Dengan cara itu, seorang yang makrifat billah akan sampai kepada Dzat yang diketahui dan dicintainya. Hasil pengetahuan dari orang yang 'arif billah adalah kemampuannya untuk "terbang" dengan ruhaninya menuju Alam AI-Qurbah. Sebagaimana ungkapan Jalaluddin Ar-Rumi,

(burung) Simurgh di gunung Qaf adalah qurbat ku/Elang adalah kekuatanku
Penyelam (mutiara) adalah hidupku/Jadilah seperti ahli
permata hingga kau bisa mengenali nilai manusia danjiwa 


Seorangyang ahli ibadah menuju surga dengan berjalan, sedangkan seorang 'arif billah "terbang" ke Alam AI-Qurbah. Sebagian ulama mengatakan,

                Kalbu para ahli makrifat memiliki mata
                               Mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang biasa

Memiliki sayap yang bisa terbang tanpa bulu
            Mengepak hingga Malakutnya Tuhan Pencipta Alam 

      Hal seperti ini terdapat dalam diri para ahli makrifat yakni Al-Insan AI-Haqiqi atau Ruh Al-Qudsi. Dialah kekasih Allah SWT, mahram Allah SWT dan pengantinnya. Abu Yazid Al-Bustami berkata,

      "Para wali Allah adalah pengantin-pengantin Allah. Pe­ngantin-pengantin itu tidak akan bisa dilihat kecuali oleh mahramnya. Mereka tertutup saat di sisi Allah SWT karena terhalang sisi kemanusiaannya. Tidak ada yang mampu melihat para pengantin itu, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali Allah SWT."

Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi, "Wali-wali-Ku berada di bawah kubah-kubah-Ku. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku." Seperti halnya, manusia tidak akan bisa melihat sisi lahir dari seorang pengantin, kecuali hanya keindahan lahiriahnya saja.



Sayyid Yahya bin Mu' adz Ar-Razi berkata,

    "Wali adalah wewangian Allah di bumi. Tidak ada yang mampu mengenali aromanya kecuali orang-orang yang bergelar ash­shiddiqun (orang yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan ketakwaan) ."

Bagi ash-shiddiqun, aroma wangi sang wali akan tercium hingga lubuk kalbunya. Aroma itu lantas menimbulkan gairah rindu mereka pada Tuhannya. Sehingga, ibadahnya semakin meningkat menurut kadar dan derajat akhlak serta kefanaan mereka. Ini karena, makin tinggi qurbah-nya makin bertambah pula fananya. Dan, wali adalah orang yang ada dalam keadaan fana (lebur diri) dan selalu musyahadah kepada Allah SWT. Bahkan, dirinya tidak punya kemampuan memilih dan tidak ada "tempat" yang tenang baginya selain Allah SWT. Mereka adalah orang-orang yang diperkuat dengan karamah,tetapi mereka sendiri "tertutup" dalam karamah karena tidak diberi izin untuk menjelaskannya. Sebab menjelaskan rahasia ketuhanan adalah kufur.


Sebagaimana yang dikatakan pengarang kitab "AI-Mirshad",

   "Orang-orang yang memiliki karamah, mereka 'tertutup' terhadap pengetahuan mengenai karamah. " 

Karamah sendiri pada hakikatnya adalah seperti haid bagi

rijalullah (menunjukkan karamah itu bagi rijalullah adalah ibarat perempuan memberitahukan haidnya). Dan, wali memiliki seribu maqam. Maqam yang pertama adalah karamah. Orang yang telah menyelesaikan tingkatan karamah maka ia akan mudah masuk ke tingkatan yang lain.[]

Kembali ke Bagian 1

Al Alamul Iman :Menjelaskan tentang Kembalinya Manusia ke Negeri Asal : Bagian 1


Al Alamul Iman : Menjelaskan tentang Kembalinya Manusia ke Negeri Asal :

Bagian 1


Manusia ada dua yakni manusia jismani dan manusia ruhani. Manusia jismani adalah manusia seperti umumnya, sedangkan manusia ruhani adalah manusia khusus. Dia adalah mahramnya Negeri Asal dan disebut dengan Alam AI-Qurbah. Kembalinya manusia jismani ke Negeri Asal itu berarti kembalinya dia kepada derajat (surga). Dan, itu disebabkan oleh pengamalannya pada ilmu syariat, tarekat dan makrifat. Sebagaimana sabda Nabi SAW, 

"Hikmah yang luas adalah mengenal Allah yang diamalkan tanpa riya' dan sum'ah." 

       Derajat atau surga ada tiga tingkatan (sesuai jumlah amalan manusia jismani tadi yakni syariat, tarekat dan makrifat), pertama, surga di Alam Mulki yaitu jannatul Ma'wa. Kedua, surga di Alam Malakut yaitu jannatun Nai'm. Ketiga, surga di Alam Jabarut yaitu jannatul Firdaus. Semua ini adalah kenikmatan bagi manusia jismani. Sedangkan, manusia jismani sendiri tidak akan sampai pada tiga alam tersebut (Alam Mulki, Alam Malakut dan Alam Jabarut) kecuali dengan tiga ilmu, yaitu ilmu syariat, ilmu tarekat dan ilmu makrifat. Nabi SAW bersabda, 

"Hikmah yang luas adalah mengenal Allah dan mengamalkannya adalah makrifat batin." 

        Oleh karena itu, Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, tunjukilah kami bahwa yang benar adalah benar dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya. Dan tunjukkan kepada kami bahwa yang batil itu  adalah batil dan berikanlah kami kemampuan untuk menjauhinya." (doa ini dikutip Ibnu Katsir)

Dan, Nabi SAW bersabda, "Barangsiapa yang mengenal nafsunya dan melawannya, berarti dia mengenal Tuhannya dan mengikuti jalan­Nya." (diungkapkan As-Suyuthi dalam kitab AI-Hawi)

Sedangkan, kembalinya manusia khusus ke Negeri Asal itu berarti kembali ke Alam AI-Qurbah, yakni dengan mengamalkan ilmu hakikat. Ilmu hakikat yang dimaksud adalah tauhid yang diajarkan di Alam Qurbah atau Alam Lahut. Pencapaian manusia khusus pada alam ini, terjadi di saat ia hidup di dunia, karena kebiasaan dia (dalam ibadah), baik dalam keadaan tidur maupun terjaga. Justru, pada saat tidur itulah, kalbu manusia khusus mendapat kesempatan sehingga ruhnya dapat kembali ke Negeri Asal secara keseluruhan atau sebagian saja. Sebagaimana Firman Allah

"Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; Maka Dia tahanlahjiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditetapkan." (QS. Az-Zumar [39]: 42)

Oleh karena itu, Nabi SAW bersabda,

"Tidurnya orang Alim 'ebih besar pahalanya dari ibadahnya orang bodoh." (HR. Ath- Thabarasi di Makarim Al-Akhlaq)

Kembalinya manusia khusus ke Negeri Asal itu adalah setelah kalbunya hidup oleh karena pancaran cahaya tauhid dan me­mulazamah-kan asma-asma tauhid dengan lisan sirri tanpa huruf dan suara. Allah SWT berfirman dalam Hadis Qudsi,

"Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasia manusia." 


Allah berfirman dalam Hadis Qudsi,

"Ilmu ba!in adalah rahasia-Ku yang paling rahasia. Aku wujudkan di dalam kalbu hamba-Ku dan tidak ada yang bisa memberikan pemahaman tentangnya kecuali Aku." (Dikuatkan oleh riwayat Ad-Dailami)

Allah SWT juga berfirman, "Aku ini sesuai dengan sangkaan

(keyakinan) hamba-Ku. Aku bersamanya ketika dia mengingat-Ku. Bila dia mengingat-Ku pada kalbunya, Aku pun mengingatnya pada Dzat-Ku. Dan bila dia mengingat-Ku pada suatu kumpulan, maka Aku pun akan mengingatnya di dalam kumpulan yang lebih baik darinya."

Berdasarkan hadis ini maka maksud dari keberadaan manusia adalah agar ia mampu kembali ke Negeri Asalnya dengan tafakur.




Nabi SAW bersabda,

"Tafakur sesaat lebih besar pahalanya daripada ibadah setahun."

Nabi SAW juga bersabda, "Tafakur sesaat lebih besar pahala.nya daripada ibadah 70 tahun."

      Beliau juga bersabda, "Tafakur sesaat lebih besar pahalanya dari­ pada ibadah seribu tahun."
           Dari hadis-hadis itu dapat diambil 3 pemahaman bahwa manusia yang berpikir dalam tafsilan-tafsilan cabang, meski hanya satu jam maka nilai tafakurnya lebih besar daripada praktik ibadah selama setahun. Sedangkan, berpikir tentang aturan-aturan ibadah wajib (pokok), maka nilai tafakurnya lebih besar daripada ibadah 70 tahun. Dan berpikir tentang makrifat kepada Allah, nilai tafakurnya lebih besar daripada beribadah 1000 tahun. Syekh AI­Anshari bersyair,


                             Berzikirlah dan raih sebuah penghayatan (pemikiran) 

                                          Ratusan ribu penolong datang dari sebuah rasa syukur

Bersambung ke Bagian 2

Program Yayasan 2014 | Penanaman Pohon Berkah

Al Alamul Iman : Program Yayasan 2014 | Penanaman Pohon Berkah



Dasar Hukum
—Firman Allah:
—"Allah menjadikan bumi ini untuk kamu dengan terhampar supaya kamu menjalani jalan-jalan besarnya." (Nuh: 19-20)

—"Bumi ini diletakkan Allah untuk umat manusia, di dalamnya penuh dengan buah-buahan dan korma yang mempunyai kelopak-kelopak, biji-bijian yang mempunyai kulit dan berbau harum. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (ar-Rahman: 10-13) 

—Sabda Rasulullah s.a.w.:
—"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menaburkan benih, kemudian dimakan oleh burung atau manusia, melainkan dia itu baginya merupakan sedekah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

—"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan merupakan sedekah baginya, dan apa yang dicuri juga merupakan sedekah baginya dan tidak juga dikurangi oleh seseorang melainkan dia itu merupakan sedekah baginya sampai hari kiamat." (Riwayat Muslim)

Merencanakan Masa Depan Penanaman Pohon Berkah pada komoditas pohon Albasia /Sengon/Jengjeng adalah peluang investasi terbaik untuk membangun asset :

Nilai Tambah Investasi Pohon Albasia /Sengon/Jengjeng Melalui PPB (Penanaman Pohon Berkah) Yayasan Al Alamul Iman

  • Investasi yang aman dan menguntungkan 
  • Penyelamat Lingkungan Hidup 
  • Pemanfaatan lahan krisis dan non produktif 
  • Pemberdaya masyarakat 
  • Pembangunan Daerah dan Nasional 
  • Membantu Pendidikan Anak Bangsa 
MENGAPA BERINVESTASI ALBASIA?
  • Tanaman kayu penghijauan yang pertumbuhannya tercepat didunia, dengan pertumbuhan diameter rata-rata 10 cm pertahun dan dapat mencapai ketinggian sampai 20 m dan dapat di panen pada usia 5 tahun dengan volume kayu + 1,0 m3/pohon dan jika di jual dapat mencapai + Rp 1.000.000/ pohon 
  • —Termasuk tanaman pionir, yang dapat tumbuh dengan mudah pada lahan-lahan terbuka, lahan yang semula kosong sehingga tepat untuk penghijauan pada lahan-lahan kritis. 
  • —Budidaya Albasia relatif mudah, tidak terlalu membutuhkan perawatan yang istimewa. 
  • —Harga kayu yang relatif tinggi, saat ini berkisar Rp 800.000,- per kubik. Harga ini akan cenderung terus meningkat, karena kebutuhan industri terhadap kayu, serta saat ini tidak diperkenankan kayu bulat yang berasal dari alam.
MENGAPA INVESTASI INI PROSPEKNYA BAGUS ?
  • —Kebutuhan kayu nasional saat ini : 57,1 juta m3 per tahun. kemampuan hutan alam dan hutan tanaman : 45,8 juta m3 per tahun, defisit kebutuhan kayu sebesar : 11,3 juta m3 per tahun, Untuk memenuhi kebutuhan kayu tersebut, penebangan ilegal banyak terjadi di kawasan hutan
  • Sumber : (Kementerian Lingkungan Hidup, 2007) 
  • —Di daerah Jawa Barat saja, pertumbuhan jumlah unit usaha penggergajian rata-rata naik 20% per tahun, Pertumbuhan itu tidak diikuti oleh pertumbuhan hutan rakyat, hingga menurut majalah TRUBUS edisi November 2011, saat ini defisit kebutuhan kayu mencapai 34 juta m3 / tahun 
  • —Isu Global Warming dan Indonesia sebagai paru-paru dunia, Tuntutan dari dunia bahwa Indonesia harus menjaga hutan alam yang berfungsi sebagai paru-paru dunia dan pencegah global warming, Tuntutan ini membuat Pemerintah harus melarang pengambilan kayu dari hutan alam, Kebutuhan industri akan sangat mengandalkan Hutan Tanaman Rakyat 
  • — Program ini di fasilitasi oleh Yayasan Al Alamu Iman, Yayasan yang memiliki Legalitas jelas dan dapat di pertanggungjawabkan
  • —Investor memiliki sertifikat resmi yang dilegalisir 
  • —Lokasi cluster pohon Albasia miliknya dan dapat di perjual belikan 
  • —Didukung konsultan quality Control yang berpengalaman di bidang investasi kehutanan, sehingga target pertumbuhan investasi dapat tercapai. 
  • —Tanaman investasi di jamin dan diberikan kompensasi penggantian jika terjadi bencana alam maupun kebakaran dan didukung tim Pengamanan lapangan yang dapat di control sehingga resiko dapat di minimalisir 
  • —Sistem Bagi Hasil (Akad Mudharobah) 
Perkiraan Bagi Hasil
Kami Sedang menanam kurang lebih 50 ha di wilayah Sukabumi dan Cianjur.
Perkiraan Pohon yang Hidup setelah Penjarangan. Selama +/- 5 Tahun


Bandingkan Dengan Investasi di Bank
  • —Investasi Rp. 1.000.000,- 
  • —Suku Bunga 6% / Tahun 
  • —Inflasi 2013 9% 
  • —Dalam Setahun Uang Anda Menjadi Rp. 1.060.000,- 
  • —Kekuatan Uang Anda di Tahun Berikutnya adalah Rp. 970.000,- berarti Uang Anda berkurang Rp. 30.000,-/Tahun 

Bandingkan Dengan Investasi di PPB
  • —Investasi Rp. 1.000.000,- 
  • —Mendapat 10 Buah Pohon @ Rp. 100.000,- 
  • —Dalam 5 tahun Uang Anda Menjadi Rp. 8.000.000,- (800 %) 
  • —Atau Uang Anda bertambah rata rata pertahun +/- 155% 
  • —Atau Perbulan +/-  10,2% 
  • —Bernilai Ibadah*, Bebas Riba

*Keuntungannya untuk membantu proses Belajar Mengajar, pembangunan Pesantren, Sekolah, Penyantunan Anak Yatim Piatu, Duafa dan Lain Lain

Bagi yang berminat berinvestasi Silahkan Hubungi Kami :
Panitia “Penanaman Tanaman Berkah” Wilayah Jakarta dan Sekitarnya Berdasarkan SK (Surat Keputusan Yayasan Al Alamul Iman No. 02/ALI-I/2014)
  • Contact person Bp. H. Akbar Yunandar 0816 731 622 (Jakarta)
  • Contact person Bp. Iyus Yusuf 0858 7114 8555 (Sukabumi)
  • Contact person Bp. Aang Gunawan 0858 7114 8555 (Wilayah Diluar Jakarta dan Sukabumi)


Penjelasan Mengenai Dasar Hukum  Bekerja dengan Jalan Bercocok-Tanam

Di dalam al-Quran Allah menyebutkan tentang masalah mencari rezeki beberapa pokok yang harus ditepati demi suksesnya bercocok-tanam itu.

Pertama Allah menyebutkan, bahwa bumi ini disediakan Allah untuk menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dan memproduksi. Untuk itu Ia jadikan bumi ini serba mudah dan dihamparkan, sebagai suatu nikmat yang harus diingat dan disyukuri.

Firman Allah:
"Allah menjadikan bumi ini untuk kamu dengan terhampar supaya kamu menjalani jalan-jalan besarnya." (Nuh: 19-20)

"Bumi ini diletakkan Allah untuk umat manusia, di dalamnya penuh dengan buah-buahan dan korma yang mempunyai kelopak-kelopak, biji-bijian yang mempunyai kulit dan berbau harum. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" (ar-Rahman: 10-13)

Yang kedua, Allah menyebutkan tentang air, Ia mudahkannya, dengan diturunkannya melalui jalan hujan dan mengalir di sungai-sungai, kemudian dengan air itu dihidupkanlah bumi yang tadinya mati.

Firman Allah:
"Dialah zat yang menurunkan air dari langit, maka dengan air itu kami keluarkan tumbulr-tumbuhan dari tiap-tiap sesuatu, maka kami keluarkan daripadanya pohon yang hijau yang daripadanya kami keluarkan biji-bijian yang bersusun-susun." (al-An'am: 99)

"Hendaklah manusia mau melihat makanannya. Kami curahkan air dengan deras, kemudian kami hancurkan bumi dengan sungguh-sungguh hancur kemudian kami tumbuhkan padanya biji-bijian, anggur dan sayur-mayur." ('Abasa: 24-28)

Selanjutnya tentang angin yang dilepas Allah dengan membawa kegembiraan, di antaranya dapat menggiring awan dan mengkawinkan tumbuh-tumbuhan. Ini semua tersebut dalam firman Allah:
"Dan bumi Kami hamparkannya dan Kami tancapkan di atasnya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya dari tiap-tiap sesuatu yang ditimbang. Dan Kami jadikan untuk kamu padanya sumber-sumber penghidupan dan orang-orang yang kamu tidak bisa memberi rezeki kepadanya. Dan tidak ada sesuatu benda melainkan di sisi Kamilah perbendaharaannya, dan Kami tidak menurunkan dia melainkan dengan ukuran tertentu. Dan Kami lepaskan angin untuk mengkawinkan, kemudian Kami turunkan air hujan dari langit, kemudian Kami siram kamu dengan air itu padahal bukanlah kamu yang mempunyai perbendaharaan air itu." (al-Hijr: 19-22)

Seluruh ayat-ayat ini merupakan peringatan Allah kepada umat manusia tentang nikmatnya bercocok-tanam serta mudahnya jalan-jalan untuk bercocok-tanam itu. Dan sabda Rasulullah s.a.w.:

"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman atau menaburkan benih, kemudian dimakan oleh burung atau manusia, melainkan dia itu baginya merupakan sedekah." (Riwayat Bukhari dan Muslim)

Dan sabdanya pula yang artinya sebagai berikut:
"Tidak seorang muslim pun yang menanam tanaman, kecuali apa yang dimakan merupakan sedekah baginya, dan apa yang dicuri juga merupakan sedekah baginya dan tidak juga dikurangi oleh seseorang melainkan dia itu merupakan sedekah baginya sampai hari kiamat." (Riwayat Muslim)

Penegasan hadis tersebut, bahwa pahalanya akan terus berlangsung selama tanaman atau benih yang ditaburkan itu dimakan atau dimanfaatkan, sekalipun yang menanam dan yang menaburkannya itu telah meninggal dunia; dan sekalipun tanaman-tanaman itu telah pindah ke tangan orang lain.

Para ulama berpendapat: "Dalam keleluasaan kemurahan Allah, bahwa Ia memberi pahala sesudah seseorang itu meninggal dunia sebagaimana waktu dia masih hidup, yaitu berlaku pada enam golongan: sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat, anak saleh yang mau mendoakan orang tuanya, tanaman, biji yang ditaburkan dan binatang (kendaraan) yang disediakan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh."

Diriwayatkan, ada seorang laki-laki yang bertemu Abu Darda' ketika itu dia menanam pohon pala. Kemudian orang laki-laki itu bertanya kepada Abu Darda': Hai Abu Darda'! Mengapa engkau tanam pohon ini, padahal engkau sudah sangat tua, sedang pohon ini tidak akan berbuah kecuali sekian tahun lamanya. Maka Abu Darda' menjawab: Bukankah aku yang akan memetik pahalanya di samping untuk makanan orang lain?

Salah seorang sahabat Nabi ada yang mengatakan:
"Saya mendengar Rasulullah s.a.w. membisikkan pada telingaku ini, yaitu: Barangsiapa menanam sebuah pohon kemudian dengan tekun memeliharanya dan mengurusinya hingga berbuah, maka sesungguhnya baginya pada tiap-tiap sesuatu yang dimakan dari buahnya merupakan sedekah di sisi Allah." (Riwayat Ahmad)

Dari hadis-hadis ini para ulama berpendapat, bahwa bercocok-tanam (bertani) adalah pekerjaan yang paling baik. Tetapi yang lain berpendapat: Bahwa pertukangan atau pekerjaan tangan merupakan pekerjaan yang paling mulia. Sedang yang lain berpendapat: Daganglah yang paling baik. Sementara ahli penyelidik dan pentashih berpendapat:

Seharusnya kesemuanya itu berbeda-beda sesuai dengan perbedaan keadaan. Kalau masalah bahan makanan yang memang sangat dibutuhkan, maka bercocok-tanam adalah pekerjaan yang lebih utama, karena dapat membantu orang banyak. Kalau yang sangat dibutuhkan itu barang-barang perdagangan karena terputusnya jalan-jalan misalnya, maka berdagang adalah yang lebih utama. Dan kalau yang dibutuhkan itu soal-soal kerajinan/pekerjaan tangan, maka pekerjaan tangan itu adalah lebih utama.

Perincian yang terakhir ini kiranya selaras dengan keutamaan pengetahuan ekonomi modern.
2.4.5 Bercocok-Tanam yang Diharamkan

Setiap tumbuh-tumbuhan yang diharamkan memakannya atau yang tidak boleh dipergunakan kecuali dalam keadaan darurat, maka tumbuh-tumbuhan tersebut haram ditanam, misalnya: hasyisy (ganja) dan sebagainya.

Begitu juga tembakau kalau kita berpendapat merokok itu haram, dan inilah yang rajih, maka menanamnya berarti haram. Dan kalau berpendapat makruh, maka menanamnya pun makruh juga.

Tidak ada alasan bagi seorang muslim untuk menanam sesuatu yang haram untuk dijual kepada orang selain Islam: Sebab selamanya seorang muslim tidak boleh berbuat haram. Oleh karena itu seorang muslim tidak diperkenankan memelihara babi untuk dijual kepada orang Kristen. Dasar ini sebagaimana telah sama-sama kita maklumi, bagaimana Islam mengharamkan menjual anggur yang sudah jelas halalnya itu kepada orang yang diketahui, bahwa anggur tersebut akan dibuat arak.
2.4.6 Perusahaan dan Mata-Pencaharian

Islam menekankan umatnya supaya bercocoktanam dan mengangkat ke derajat yang tinggi serta memberikan pahala kepada pelakunya. Tetapi di balik itu Islam sangat benci kalau umatnya itu membatasi aktivitasnya hanya pada bidang pertanian atau terbatas bergelimang di dasar laut.

Islam tidak senang umatnya menganggap cukup dalam bertani saja dan mengikuti ekor lembu. Ini dapat mengurangi keperluan umat yang sekaligus dihadapkan kepada suatu bahaya. Oleh karena itu tidak mengherankan kalau Rasulullah s.a.w. pernah menegaskan, bahwa cara semacam itu merupakan sumber bencana dan bahaya serta kehinaan yang meliliti umat. Kenyataan ini dapat dibenarkan oleh keadaan.

Untuk itu maka Rasululiah s.a.w. telah menyabdakan:
"Apabila kamu jual-beli dengan lenah dan kamu berpegang pada ekor-ekor sapi, dan senang bercocok-tanam serta meninggalkan jihad, maka Allah akan memberikan suatu kehinaan atas kamu yang tidak dapat dilepaskan dia, sehingga kamu kembali kepada ajaran agamamu." (Riwayat Abu Daud)

Kalau begitu, maka sudah seharusnya disamping bercocok-tanam ada juga perusahaan dan mata-pencaharian lain yang kiranya dapat memenuhi unsur-unsur penghidupan yang baik dan standard umat yang tinggi dan bebas, serta negara yang kuat dan kayaraya.

Mata-pencaharian dan perusahaan-perusahaan ini bukan hanya dipandang mubah oleh Islam, bahkan sesuai dengan penegasan para ulama dipandangnya sebagai fardhu kifayah' dengan pengertian, bahwa masyarakat Islami harus memperbanyak dari kalangan umatnya orang-orang yang berpengetahuan, memperbanyak perusahaan dan mata-pencaharian yang kiranya dapat mencukupi kebutuhan masyarakat itu dan dapat mengatasi segala urusannya. Maka apabila terjadi suatu kekosongan baik dari segi pengetahuan ataupun perusahaan dan tidak ada yang mengurusnya, maka seluruh masyarakat Islam itu akan berdosa, khususnya ulil amri (kepala exekutif) dan ahlul hili wal aqdi (lembaga legislatif).

Imam Ghazali berkata: "Adapun yang termasuk fardhu kifayah, yaitu semua ilmu yang sangat diperlukan sebagai standard untuk mengurusi persoalan-persoalan duniawiah, seperti ilmu kedokteran, karena dia itu amat dibutuhkan demi menjaga kestabilan badani dan seperti ilmu hisab sebagai yang sangat dibutuhkan untuk urusan mu'amalat, pembagian wasiat, waris, dan lain-lain.

Ilmu-ilmu ini kalau sesuatu negara itu kekosongan orang-orang yang mengerti urusan tersebut, maka seluruh penduduk negeri tersebut berdosa. Tetapi kalau ada seorang yang bekerja untuk persoalan ini, sudah dianggap cukup dan gugurlah kewajiban itu dari yang lain.

Justru itu tidak mengherankan kalau kita katakan: Bahwa ilmu kedokteran (kesehatan) dan hisab termasuk fardhu kifayah. Begitu juga pokok perindustrian seperti ilmu pertanian, pertenunan dan siasah bahkan ilmu bekam dan klermaker termasuk juga fardhu kifayah. Sebab kalau suatu negara kefakiman ahli bekam, niscaya kebinasaan mengancam, yang berarti pula mereka menyerahkan dirinya kepada kebinasaan. Padahal Zat yang menurunkan penyakit, Dia juga menurunkan obatnya dan Ia membimbing umat manusia untuk menggunakan obat-obatan tersebut dan telah juga dipersiapkan cara-cara untuk menemukannya. Oleh karena itu kita tidak boleh mencampakkan diri kepada kebinasaan dengan cara meremehkan persoalan tersebut."

Al-Quran telah mengisyaratkan supaya memperbanyak bidang-bidang perindustrian dengan disebutnya sebagai nikmat kurnia Allah. Misalnya firman Allah yang menceriterakan tentang Nabi Daud:
"Dan Kami lunakkan besi baginya. Hendaklah kamu membuat baju besi yang panjang dan ukurlah dalam lubangnya." (Saba': 10- 11)

"Dan Kami ajar dia untuk membuat pakaian buat kamu untuk menjaga kamu dari bahayamu, apakah kamu mau berterimakasih?" al-Anbiya': 80)

Kemudian tentang Nabi Sulaiman, Allah berfirman juga:
"Dan Kami alirkan kepadanya mata air tembaga, dan dari antara jin ada yang bekerja di hadapannya dengan izin Tuhannya, dan barangsiapa yang berpaling di antara mereka dari perintah Kami, maka akan Kami rasakan dia dari siksaan api yang, menyala. Para jin itu bekerja untuk Sulaiman menurut apa yang ia inginkan, misalnya gedung-gedung yang tinggi, patung patung dan piring-piring model kolam dan kuali yang tetap. Kerjakanlah hai keluarga Daud dengan penuh kesyukuran." (Saba': 12-13)

Dan tentang Dzul Qarnain dengan bendungan raksasanya (great wall) itu, Allah berfirman:
"Dia berkata: Apa yang Tuhanku tetapkan aku padanya lebih baik. Oleh karena itu bantulah aku dengan sungguh-sungguh, maka akan kubuat satu bendungan (pembatas) antara kamu dan mereka. Bawalah kepadaku kepingan-kepingan besi sehingga apabila sudah sama antara dua gunung itu, ia pun berkata: Tiuplah. Sehingga apabila ia telah jadikan api, maka ia berkata: Bawalah kepadaku akan kutuangi tembaga di atasnya. Dengan demikian maka mereka tidak dapat mendakinya dan tidak dapat melubanginya." (al-Kahfi: 95-97)

Selanjutnya tentang kisah Nabi Nuh dengan cara membuat perahunya, dimana Allah memberikan isyarat betapa besarnya perahunya itu bagaikan gunung yang akan mengarungi laut.

Maka firman Allah:
"Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah adanya perahu di laut bagaikan gunung." (as-Syura: 32)

Dalam beberapa surah, Allah banyak menyebutkan tentang masalah cara-cara berburu dengan segala macam bentuk dan jenisnya, sejak dari cara berburu ikan dan binatang-binatang laut sampai kepada berburu binatang darat. Disebutkan juga bagaimana cara menyelam untuk mengeluarkan lulu' (mutiara), marjan dan sebagainya.

Lebih dari itu semua, al-Quran telah menyadarkan manusia akan nilai daripada besi yang belum pernah dibicarakan oleh kitab-kitab agama sebelumnya. Maka setelah Allah menyebutkan tentang diutusnya para Rasul dan diturunkannya kitab, kemudian Allah berfirman:
"Dan kami turunkan besi, yang padanya ada kekuatan yang sangat dan bermanfaat buat manusia." (al-Hadid: 25)

Oleh karena itu tidak mengherankan, kalau surah yang membicarakan masalah besi ini disebut juga surah al-Hadid (besi).

Seluruh perusahaan dan mata-pencaharian yang dapat menutupi kebutuhan masyarakat atau yang dapat mendatangkan manfaat yang nyata, maka semua itu termasuk amal saleh apabila semua itu dilakukan dengan ikhlas dan dilaksanakan menurut perintah agama.

Islam menganggap tinggi beberapa pekerjaan yang kadang-kadang oleh manusia dinilai sangat rendah, misalnya menggembala kambing yang biasa diabaikan oleh manusia. Malah mereka tidak mau menilainya sebagai pekerjaan yang baik. Namun Rasulullah s.a.w. tetap berkata:
"Allah tidak mengutus seorang Nabi pun melainkan dia itu menggembala kambing. Waktu para sahabat mendengar perkataan itu, mereka kemudian bertanya: Dan engkau, ya Rasulullah? Jawab Nabi: Ya! Saya juga menggembala kambing dengan upah beberapa karat, milik penduduk Makkah." (Riwayat Bukhari)

Muhammad sebagai utusan Allah dan penutup sekalian Nabi, juga menggembala kambing, dan itupun bukan kambingnya sendiri tetapi ia menggembala dengan upah milik sebagian penduduk Makkah. Diterangkannya ini kepada umatnya untuk mengajar mereka, bahwa kebesaran justru dimiliki oleh orang-orang yang suka bekerja, bukan oleh orang yang suka berfoya-foya dan penganggur.

Al-Quran pun mengkisahkan kepada kita tentang kisah Nabi Musa a.s., bahwa dia juga bekerja sebagai buruh bagi seorang yang sangat tua. Dia bekerja sebagai buruh selama 8 tahun sebagai persyaratan untuk dikawinkan dengan salah seorang puterinya. Nabi Musa dinilai orang tua tersebut sebagai pekerja yang baik dan buruh yang terpuji. Maka benarlah dugaan puteri orang tua itu, di mana salah satunya ada yang berkata: "Hai, ayah! Ambillah buruh dia itu, karena sebaik-baik orang yang engkau ambil buruh haruslah orang yang kuat dan terpercaya." (al-Qashash: 26).

Ibnu Abbas meriwayatkan, bahwa Daud bekerja sebagai tukang besi untuk membuat baju besi. Adam bekerja sebagai petani, Nuh sebagai tukang kayu, Idris sebagai klermaker sedang Musa sebagai penggembala kambing. (Riwayat Hakim).

Untuk itulah setiap muslim harus menyiapkan diri untuk mencari pencaharian, sebab tidak seorang nabi pun kecuali bekerja dalam salah satu lapangan pencaharian.

Nabi Muhammad s.a.w. dalam salah satu hadisnya mengatakan:
"Tidak makan seseorang satu makanan sedikitpun yang lebih baik, melainkan dia makan atas usahanya sendiri,dan Nabi Daud makan dari hasil pekerjaanya sendiri." (Riwayat Bukhari)