Menjelaskan Tentang Ruang Edar Ruh di Dalam Jasad.

Al Alamul Iman : Menjelaskan Tentang Ruang Edar Ruh di Dalam Jasad.


Ruang edar Ruh Jismani di dalam badan adalah di semua anggota tubuh yang terlihat. Penggalian potensinya adalah dengan amalan syariat. Bentuk konkret amalannya adalah ibadah wajib yang sudah diperintahkan Allah SWT seperti hukum-hukum syariat yang telah ditetapkan. Diamalkan tanpa diiringi dengan syirik. Sebagaimana firman Allah SWT,

         "Dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam ber­ibadah kepada Tuhannya." (QS.               AI-Kahf[18]: 110)
Sebagaimana juga sabda Rasulullah SAW,

"Sesungguhnya Allah itu ganjil dan mencintai yang ganjil." (HR. At- Turmudzi)

Maksud dari hadis di atas adalah amal yang tidak disertai dengan riya dan sum'ah (mencari kemasyhuran).

 

Keuntungan dunia dari pengolahan Ruh Jismani adalah al-wilayah (kewalian) dan mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Allah) dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Allah) di Alam Mulki dari bumi sampai langit. Seperti halnya, karamah al-kauniyah dari para wali yang bisa berjalan di atas air, terbang di udara, menyingkat jarak, mendengar dari jauh, menyingkap rahasia badan dan sebagainya. Adapun keuntungan akhirat dari pengolahan Ruh Jismani adalah mendapatkan surga, bidadari, istana, pembantu-pembantu, minuman-minuman segar, dan berbagai kenikmatan-kenikmatan lain. Sedangkan, surga bagi orang yang mampu mengolah Ruh Jismaninya ada di tingkat pertama yang disebut Jannatul Ma'wa.




Adapun ruang edar Ruh Rawani adalah kalbu. Penggalian potensi­nya adalah ilmu tarekat. Bentuk amalannya adalah sibuk dengan 4 asma Allah SWT tingkat pertama (U ilaha illallah, Allah, Huwa, AI-Haqq) dari 12 asma utama Allah SWT/ tanpa suara dan huruf.. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT,

"Katakanlah, 'Seru lah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Asma 'ul Husna (nama-nama yang baik).''' (QS. Al-Isra' [17]: 110) 

Allah SWT juga berfirman,

Asma Allah SWT yang utama ada 12 (La ilaha illallah, Allah, Huwa, AI-Haqq, Al-Hayyu, AI-Qayyum, AI-Qahhar, AI-Wahhab, Al-Fattah, Al-Wahid, Al-Ahad, Ash­Shamad) kemudian dibagi menjadi 3, dimana tiap bagiannya ada 4 asma Allah SWT. Empat asma Allah pertama disebut al-arba'ah al-ula, empat asma Allah kedua disebut al-arba'ah al-mutawassithat dan empat asma Allah terakhir disebut al-arba'ah al-akhirah.

"Allah mempunyai Asma'ul Husna, maka mohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asma'ul Husna itu." (QS. AI-A'raf[7]: 180) 

Ayat-ayat ini, menunjukkan bahwa Asma Allah SWT adalah sarana untuk menyibukkan diri dengan menyebutnya secara khusyuk. Itulah yang disebut dengan Ilmu Batin.



Sedangkan makrifat adalah hasil dari me-mulazamah-kan asma­asma tauhid. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Allah memiliki 99 nama. Orang yang menguasainya akan masuk · surga." (HR. At-Turmudzi) 

Beliau juga bersabda, 

"Belajar satu huruf, mengamalkan seribu kali." 

Yang dimaksud dengan, "Ihsha'" atau menghitung (al-asma' al-husna) pada hadis di atas adalah menerapkan substansi al'­asma' al-husna itu ke dalam diri dan berakhlak sesuai dengan akhlak yang terkandung dalam al-asma' al-husna. Dua belas asma Allah yang disebut di atas merupakan sumber dari seluruh asma Allah. Jumlahnya yang 12 itu, sesuai dengan jumlah huruf dalam kalimat "La Ilaha Illallah". Dan, Allah SWT menetapkan kalimat la ilaha illallah ini ke dalam salah satu fase-fase perjalanan kalbu ke alam-alam ruhani. Dimana setiap huruf dari kalimatnya (la ilaha illallah) mengandung satu asma Allah SWT. Dan, bagi setiap alam ruhani ada tiga asma Allah SWT. Allah SWT menetapkan asma­
asma tersebut pada kalbu orang-orang yang cinta kepada-Nya (al­muhibbun). Sebagaimana firman Allah SWT,

"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh (dalam kehidupan) di dunia dan di akhirat." (QS. IbrahIm [14]: 27)

Setelah itu, Allah SWT menurunkan ketenangan kalbu pada al-muhibbun saat bermesraan (unsiyah atau kondisi ketika hati merasakan nikmatnya ber~badah). Allah SWT menumbuhkan dalam kalbu mereka pohon tauhid yang akarnya tertancap di tujuh lapis bumi hingga yang paling dasar, sedangkan cabangnya menjulang ke langit saf tujuh hingga di atas 'Arsy. Sebagaimana firman Allah SWT,


"Tidakkah kamu memperhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan cabangnya (menjulang) ke langit," (QS. Ibrahim [14]: 24) 

Keuntungan dari penggalian potensi Ruh Rawani adalah hidupnya kalbu dan musyahadah di Alam Malakut, seperti musyahadah atau menyaksikan surga, penduduknya, cahayanya dan malaikat-malaikatnya. Keuntungan lainnya adalah mudahnya melafadzkan Asma' al-Batin dengan lisan batin, tanpa suara dan huruf. Tempat Ruh Rawani di akhirat adalah surga tingkat kedua yaitu Jannatun Na'fm.






Adapun tempatnya Ruh Sulthani adalah Al-Fuad (mata hati). 
Penggalian potensinya adalah dengan makrifat. Bentuk amalannya adalah dengan mendisiplinkan diri pada 4 asma Allah SWT kedua 
(AI-Hayyu, AI-Qayyum, AI-Qahhar, AI-Wahhab) dengan meng­gunakan lisan kalbu. Nabi bersabda, 

"Ilmu ada dua macam. Pertama, ilmu lisan. Itulah hujjahnya Allah bagi makhluk. Kedua, ilmu kalbu. Itulah ilmu yang bermanfaat," (HR. Ad-Darimi)

Ilmu kalbu tercatat sebagai ilmu yang bermanfaat karena 
kebanyakan ilmu-ilmu yang bermanfaat sumbernya dari kalbu. 
Nabi SAW juga bersabda, 

"Sesungguhnya Al-Quran mempunyai zahir dan batin. Dalam setiap batinnya masih ada batin lagi hingga tujuh tingkat." (HR. Ibnu Hiban) 

Rasulullah SAW juga bersabda, 

"Allah menurunkan Al-Quran dengan sepuluh batin." 

Setiap pemahaman yang lebih batin berarti lebih bermanfaat 
dan lebih menguntungkan, karena batin ini adalah sumber atau 
pusat atau pokok segala hal. Maulana]alaluddin Ar-Rumi berkata, 

Kami hanya mengambil otak (esensi) dari Al-Quran 
Sedangkan kulitnya kami buang ke sisi anjing- anjing



Asma-asma utama Allah SWT yang 12 ini (La ilaha illallah, Allah, Huwa, AI-Haqq, AI-Hayyu, AI-Qayyum, AI-Qahhar, AI-Wahhab, AI­Fattah, Al-Wahid, Al-Ahad, Ash-Shamad) dilihat dari jumlah seperti halnya 12 mata air yang mengalir dari pukulan tongkat Nabi Musa AS. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah,

"Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya lalu Kami berfirman, 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu.' Lalu,' memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap­tiap suku kaum itu telah mengetahui tempat minumnya masing­masing." (Q5. Al-Baqarah [2]: 60) 

Sesuai dengan perumpamaan ini maka ilmu lahiriah itu seperti air hujan yang turun ke bumi. Adapun ilmu batiniah seperti air dari mata air asli. Ia lebih banyak manfaatnya daripada air hujan dan air darinya tidak akan pernah habis. Allah SWT berfirman,

"dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati dan kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan." (Q5. Yasin [36]: 33)

Jika (dengan air hujan) Allah mengeluarkan biji-bijian dari Bumi Afaqi ini sebagai makanan utama hewan-hewan yang hanya mengandalkan hawa nafsu, maka Allah (dengan mata air asli) mengeluarkan biji-bijian dari Bumi Anfusi yang merupakan makanan utama ruh ruhaniah.


Nabi bersabda,

"Orang yang ikhlas kepada Allah selama 40 hari, akan timbul sum­ber-sumber dari kalbunya melalui lisannya." (HR. Abu Nu' aim) 

Adapun keuntungan dari penggalian potensi Ruh Sulthani ini adalah melihat pantulan Jamalullah (keindahan Allah). Allah SWT berfirman,

"Hatinya tidak mendustakan apa yang dilihatnya." (QS. An-Najm [53]: 11)

Nabi SAW juga bersabda,

"Orang yang beriman adalah cermin Al-Mu'min (Allah yang Menjaga Keamanan)." 

Adapun yang dimaksudkan dengan lafaz al-mu 'min pertama pada hadis di atas adalah kalbu hamba Allah yang beriman secara hakiki. Sedangkan, lafaz al-mu'min yang kedua adalah Dzat Allah. Allah SWT berfirman,

"Yang Menjaga Keamanan, Pemelihara Keselamatan, Yang Maha­perkasa, Yang Mahakuasa, Yang Memiliki Segala Keagungan," (QS. AI-Hasyr [59]: 23)

Adapun tempat bagi orang yang mampu mengolah Ruh Sulthaninya di akhirat adalah di surga ketiga, yaitu Jannatul Firdaus. 

Pengarang kitab AI-Mirshad RA berkata,

Di gurun itu bertengger singgasana kekasih Ramaikan selamanya singgasana itu dengan pesta dan jamuan 


Adapun tempat Ruh Al-Qudsi adalah di dalam sirri (rasa). Allah SWT berfirman, dalam Hadis Qudsi,

"Manusia adalah rahasia-Ku dan Aku adalah rahasia manusia." 

Penggalian potensinya adalah ilmu hakikat yaitu ilmu tauhid; Bentuk amalannya adalah mendisiplinkan diri dengan asma-asma tauhid, yaitu 4 asma keempat terakhir (Al-Fattah, Al-Wahid, AI­Ahad, Ash-Shamad) dengan lisan sirri, tanpa suara dan huruf. Allah SWT berfirman,

"Danjika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi." (QS. Thaha [20]: 7) 

Siapa pun tidak ada yang mampu mengetahui hal ini, kecuali Allah SWT. Adapun keuntungan dari pengolahan Ruh Al-Qudsi ini adalah lahirnya Thiflul Ma'ani, musyahadah dan melihat Dzat Allah, baik keagungan-Nya maupun keindahan-Nya yakni dengan penglihatan sirri. Allah SWT berfirman,
"Wajah-wajah (orang-orang mu'min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannya mereka melihat." (QS. AI-Qiyamah [75]: 22­23) 

Dalam penglihatan itu, (Dzat Allah SWT) tidak dapat dijelaskan dengan bentuk, cara dan perumpamaan. Allah SWT berfirman,

"Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat." (QS. Asy-SyUra [42]: 11) 

Di tahap ini, manusia sudah sampai pada tujuannya. Jika manusia telah sampai pada tujuannya, akal tidak akan mam­pu menggambarkannya, kalbu tidak akan mampu membayang­kannya, lidah tidak akan mampu membicarakannya dan memberitahukannya karena Allah SWT bersih dari perumpamaan. Bila kabar seperti ini sampai kepada para ulama, mereka harus memahami lebih dahulu tingkatan kalbu. Mereka harus memiliki keinginan untuk mencapai hakikatnya dan harus menghadapkan diri ke derajat paling tinggi dan harus berjuang agar sampai kepada Ilmu Ladunni. Dan, itu adalah pengetahuan terhadap Dzat Ahadiyah. Jadi, diharapkan para ulama tidak menentang dan mengingkari maqam-maqam yang kami sebutkan tadi.[]