MENJELASKAN TENTANG ILMU TASAWUF

AL ALAMUL IMAN | MENJELASKAN TENTANG ILMU TASAWUF



Mereka itu disebut sebagai Ahli Tasawuf karena telah membersihkan batinnya dengan cahaya makrifat dan tauhid. Atau, karena mereka dinisbahkan kepada Sahabat dari kalangan Ash-habus-Suffah; atau karena mereka memakai pakaian dari bulu-bulu yang kasar. Bagi ahli tasawuf tingkat dasar akan mengenakan pakaian dari bahan bulu domba; tingkat menengah mengenakan bahan dari bulu kambing; dan bagi tingkat terakhir mengenakan bulu (al-mar'az) yang paling halus. Begitu pun batin mereka, memiliki tingkatan sesuai martabat ahwal-nya. Begitu pula dalam makanan, tempat makan dan tempat minumnya, juga berbeda.

Pengarang kitab, "Tafsir AI-Majma'" menjelaskan,

"Bagi ahli zuhud yang cocok adalah makanan, minuman, dan pakaian yang kasar; yang cocok bagi ahli makrifat adalah setiap bahan yang halus. Dan, menempatkan manusia sesuai dengan tempatnya itu termasuk sunnatullah, agar masing­masing tidak melewati perjalanannya."

Atau, (mereka disebut ahli tasawuf) karena mereka berada pada saf awal di Al-Hadrah Al-Ahadiyah (fase tertinggi dari maqam ruh).


Lafadz tasawuf terdiri dari 4 huruf, yaitu Ta', Shad, Waw dan Fa'. Huruf  Ta' diambil dari kata at-taubah atau tobat. Tobat sendiri terbagi dua, yaitu tobat lahir dan tobat batin. Tobat lahir adalah manusia kembali dengan seluruh badan lahiriahnya dari dosa dan sifat tercela kepada perbuatan taat, dan dari menentang perintah Allah SWT kepada ketundukan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Adapun tobat batiniah ialah kembalinya seseorang dengan segala potensi batinnya dari segala pertentangan batiniah pada ketundukan batiniah yakni dengan selalu membersihkan kalbu. Bila telah berhasil menggantikan sifat tercela dengan sifat terpuji, maka seorang salik telah mencapai maqam huruf  Ta' ini. 



Adapun huruf Shad diambil dari kata Shafa' yang artinya bersih. Bersih terbagi dua, bersih kalbu dan bersih rasa (sirri). Bersih kalbu ialah ketika seorang salik membersihkan kalbunya dari kotoran sifat manusiawi seperti syahwat yang didorong oleh kalbu. Contohnya, banyak makan, minum, tidur dan berbicara; menyenangi hal-hal yang duniawi, seperti usaha yang berlebihan, bersetubuh yang berlebihan; juga berlebihan dalam mencintai anak-anak dan keluarga dan berlebih-Iebihannya hawa nafsu lainnya yang dilarang. Untuk membersihkan kalbu dari sifat-sifat seperti itu, hanya dapat dilakukan dengan me-mulazamah-kan dzikir melalui talqin. Awalnya, dzikir dilakukan dengan jahr bagi pemula, hingga kelak (tanpa huruf dan suara ketika) mencapai maqam hakikat. Sebagaimana firman Allah SWT,

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah kalbu mereka." (QS. Al-Anfal [8]: 2) 

Artinya, kalbu mereka takut kepada Allah SWT. Rasa takut kepada Allah SWT ini, hanya tumbuh di dalam kalbu yang telah bangun dari kelalaian, dan telah dibersihkan. Bila kalbu telah dibersihkan, akan terukir di dalamnya gambaran gaib dari kebaikan maupun keburukan. Nabi SAW bersabda,

"Orang alim mengukir, sedangkan orang arif membersihkan." 

Adapun bersihnya rasa (sirri) ini, bisa dicapai dengan menjauhi segala sesuatu selain Allah SWT dan menjauhi dari mencintai segala sesuatu selain Allah SWT yakni dengan me-mulazamah-kan diri pada Asma Tauhid melalui lisan rasa (sirri). Bila pembersihan telah berhasil maka salik telah mencapai maqam huruf shad.
pada saf awal di Al-Hadrah Al-Ahadiyah (fase tertinggi dari maqam ruh).


Adapun huruf Waw diambil dari lafadz al-wilayah, itu merupakan hasil dari tashfiyah (pembersihan kalbu). Allah SWT berfirman,


"Ingatlah wali-wali Allah itu, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati." (QS. Yunus [10]: 62) 

Hasil dari al-wilayah ini adalah mampu berakhlak dengan akhlak Allah SWT. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

"Berakhlaklah kamu sekalian dengan akhlak Allah." 

Artinya, para salik dapat masuk pada sifat-sifat Allah SWT setelah menghilangkan sifat-sifat basyariyah-nya. Allah SWT berfirman dalam Hadis Qudsi,

"Bila Aku mencintai seorang hamba, maka Aku akan menjadi pendengarannya, penglihatannya, lidahnya, tangannya dan kakinya. Maka oleh-Ku dia mendertgar, oleh-Ku dia melihat, oleh­Ku dia bicara, oleh-Ku dia marah dan oleh-Ku dia berjalan."

Wahai saudara-saudaraku, bersihkan dirimu dari selain Allah tabaraka wa ta'ala. Sebagaimana firman Allah SWT,

"Katakanlah, 'Yang haq telah datang dan yang batil telah lenyap.' Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra' [17]: 81) . 

Bila seseorang telah mencapai sifat ini, maka berarti dia telah mencapai maqam huruf Waw.



Huruf Fa' diambil dari lafadz al-fana', artinya peleburan diri pada Allah SWT. Jika seorang salik telah meleburkan sifat basyariyah­nya, maka yang ada hanya sifat ahad iyah. Sifat ahadiyah adalah sifat Allah SWT yang tidak akan sirna, rusak atau hilang. Oleh karena itu, seorang hamba Yang telah fana dengan Tuhannya, berarti dia pun kekal dengan Tu,annya dan keridhaan-Nya. Akhirnya, kalbu yang sudah fana akan kekal beserta rasa (sirri) yang kekal dan pandangannya (pada Allah) yang kekal. Allah SWT berfirman,

"Tiap-tiap sesuatu f/(lsti binasa kecuali Allah." (QS. Al-Qashash [28]: 88) 

Ahli Tasawuf menakwilkan ayat ini bahwa yang dimaksud dengan wajhullah adalah ridha Allah SWT. Artinya, segala amal saleh yang dihadapkan pada Allah SWT untuk mendapatkan ridha­Nya. Sesuai konsep fana di atas, maka ayat tersebut menegaskan bahwa antara yang meridhai dan yang diridhai sama-sama kekal.




Hasil daripada amal saleh di tingkat Fa' ini adalah hidupnya AI­Insan AI-Haqiqi atau yang disebut dengan Thiflul Ma'ani. Allah SWT berfirman,

"Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan dia akan mengangkatnya." (QS. Fathir [35]: 10)

Setiap amal yang ditujukan kepada selain Allah SWT -yang itu berarti mempunyai persekutuan-maka akan hancur dan sia-sia bagi yang melakukannya. Bila fana telah sempurna, maka hasilnya adalah baqa', artinya abadi di Alam AI-Qurbah. Allah SWT berfirman, 

"Di tempat yang disenangi (maq'adi shidqin) di sisi Tuhan Yang Mahakuasa." (QS. AI-Qamar [54]: 55) 

Itulah maqam para nabi dan para wali di Alam Lahut. Allah SWT berfirman,

"Dan bersamalah orang-orang yang benar {ash-shiddiqun)." (QS. At-Taubah [9]: 119) 

Jika dzat yang bersifat baru (hadfts) itu menyatu dengan Dzat yang bersifat qadim, maka tidak akan lagi ada wujud. Seorang ahli syair berkata,
"Sifat Dzat dan Afal akan datang seluruhnya menjadi qadim dan terjaga dari hilang." 

Bila fana ini telah sempurna maka dia menjadi seorang sufi, bersih, dan bersama Allah SWT, selamanya. Allah SWT berfirman,

"Mereka itu penghuni surga. Mereka kekal di dalamnya." (QS. AI­ Baqarah [2]: 82) 

"Allah beserta orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah [2]: 249)[]