Al Alamul Iman : Menjelaskan tentang Kembalinya Manusia ke Negeri Asal : Bagian 2

Al Alamul Iman : Menjelaskan tentang Kembalinya Manusia ke Negeri Asal :
Bagian 2

Berpikir tentang makrifat Allah ini disebut dengan Ilmu AI-'Irfan yakni di Alam Tauhid. Dengan cara itu, seorang yang makrifat billah akan sampai kepada Dzat yang diketahui dan dicintainya. Hasil pengetahuan dari orang yang 'arif billah adalah kemampuannya untuk "terbang" dengan ruhaninya menuju Alam AI-Qurbah. Sebagaimana ungkapan Jalaluddin Ar-Rumi,

(burung) Simurgh di gunung Qaf adalah qurbat ku/Elang adalah kekuatanku
Penyelam (mutiara) adalah hidupku/Jadilah seperti ahli
permata hingga kau bisa mengenali nilai manusia danjiwa 


Seorangyang ahli ibadah menuju surga dengan berjalan, sedangkan seorang 'arif billah "terbang" ke Alam AI-Qurbah. Sebagian ulama mengatakan,

                Kalbu para ahli makrifat memiliki mata
                               Mampu melihat apa yang tidak bisa dilihat orang biasa

Memiliki sayap yang bisa terbang tanpa bulu
            Mengepak hingga Malakutnya Tuhan Pencipta Alam 

      Hal seperti ini terdapat dalam diri para ahli makrifat yakni Al-Insan AI-Haqiqi atau Ruh Al-Qudsi. Dialah kekasih Allah SWT, mahram Allah SWT dan pengantinnya. Abu Yazid Al-Bustami berkata,

      "Para wali Allah adalah pengantin-pengantin Allah. Pe­ngantin-pengantin itu tidak akan bisa dilihat kecuali oleh mahramnya. Mereka tertutup saat di sisi Allah SWT karena terhalang sisi kemanusiaannya. Tidak ada yang mampu melihat para pengantin itu, baik di dunia maupun di akhirat, kecuali Allah SWT."

Sebagaimana firman Allah dalam Hadis Qudsi, "Wali-wali-Ku berada di bawah kubah-kubah-Ku. Tidak ada yang mengetahuinya selain Aku." Seperti halnya, manusia tidak akan bisa melihat sisi lahir dari seorang pengantin, kecuali hanya keindahan lahiriahnya saja.



Sayyid Yahya bin Mu' adz Ar-Razi berkata,

    "Wali adalah wewangian Allah di bumi. Tidak ada yang mampu mengenali aromanya kecuali orang-orang yang bergelar ash­shiddiqun (orang yang sungguh-sungguh dalam melaksanakan ketakwaan) ."

Bagi ash-shiddiqun, aroma wangi sang wali akan tercium hingga lubuk kalbunya. Aroma itu lantas menimbulkan gairah rindu mereka pada Tuhannya. Sehingga, ibadahnya semakin meningkat menurut kadar dan derajat akhlak serta kefanaan mereka. Ini karena, makin tinggi qurbah-nya makin bertambah pula fananya. Dan, wali adalah orang yang ada dalam keadaan fana (lebur diri) dan selalu musyahadah kepada Allah SWT. Bahkan, dirinya tidak punya kemampuan memilih dan tidak ada "tempat" yang tenang baginya selain Allah SWT. Mereka adalah orang-orang yang diperkuat dengan karamah,tetapi mereka sendiri "tertutup" dalam karamah karena tidak diberi izin untuk menjelaskannya. Sebab menjelaskan rahasia ketuhanan adalah kufur.


Sebagaimana yang dikatakan pengarang kitab "AI-Mirshad",

   "Orang-orang yang memiliki karamah, mereka 'tertutup' terhadap pengetahuan mengenai karamah. " 

Karamah sendiri pada hakikatnya adalah seperti haid bagi

rijalullah (menunjukkan karamah itu bagi rijalullah adalah ibarat perempuan memberitahukan haidnya). Dan, wali memiliki seribu maqam. Maqam yang pertama adalah karamah. Orang yang telah menyelesaikan tingkatan karamah maka ia akan mudah masuk ke tingkatan yang lain.[]

Kembali ke Bagian 1